Bersatunya kedua perusahaan tersebut, yang terjadi di tengah pertumbuhan cepat produsen mobil listrik China BYD dan Tesla, diumumkan pada Jumat (15/3).
“Kami menyadari perlunya mempercepat upaya kami menuju masa depan yang benar-benar netral karbon dan bebas kecelakaan,” kata CEO Nissan Makoto Uchida, seperti dikutip dari Arena EV, Sabtu (16/3).
“Kemitraan strategis ini merupakan pengakuan bahwa kita perlu mendobrak praktik-praktik lama dan berkolaborasi agar tetap kompetitif," ujarnya.
Hal senada diungkapkan presiden Honda Toshihiro Mibe.
"Industri otomotif sedang mengalami transformasi yang terjadi sekali dalam satu abad," kata Mibe.
"Kita perlu mengeksplorasi potensi kemitraan untuk menciptakan nilai baru dan mendorong diri kita maju," ujarnya.
Potensi aliansi ini dapat membawa manfaat yang signifikan bagi kedua perusahaan. Pengembangan bersama komponen inti kendaraan listrik, seperti baterai dan powertrain, dapat memangkas biaya secara drastis dan mempercepat produksi.
Selain itu, menggabungkan keahlian dalam perangkat lunak otomotif dapat membantu Nissan dan Honda mengembangkan sistem bantuan pengemudi yang canggih dan bahkan teknologi mengemudi otonom.
Pergeseran strategis ini juga penting bagi industri otomotif Jepang secara lebih luas.
Toyota, pemimpin industri, secara historis lebih menyukai teknologi hybrid dibandingkan kendaraan listrik sepenuhnya. Namun, kemitraan Nissan-Honda mungkin menandakan poros industri yang lebih luas menuju masa depan serba listrik.
Kedua perusahaan belum mengungkapkan rincian keuangan spesifik dari perjanjian tersebut, namun kedua CEO mengakui kemungkinan adanya ikatan modal di masa depan.
Untuk saat ini, kedua perusahaan mengatakan mereka fokus pada penjajakan peluang kolaborasi di bidang-bidang utama.
BERITA TERKAIT: