Pihak Komite Olimpiade Internasional (IOC) selaku pemegang otoritas hingga saat ini memang belum menetapkan penundaan Olimpiade Tokyo tersebut. Tapi, hal tersebut tampaknya tak akan bertahan hingga 4 pekan ke depan.
Itulah jangka waktu yang akan digunakan IOC untuk mempertimbangkan penundaan Olimpiade 2020. Selama kurun waktu tersebut, IOC akan melakukan pertemuan dengan otoritas Jepang, ofisial tim dunia, pemegang hak siar, dan sponsor untuk membahas skenario terbaik Olimpiade.
Sejauh ini, skenario yang masih dipertimbangkan IOC adalah 'mengubah rencana operasional yang sudah ada menuju 24 Juli 2020, juga perubahan memulai perlombaan.'
Akan tetapi, skenario yang sudah disosialisasikan kepada seluruh tim peserta tersebut tak mendapat respons positif. Karena mayoritas peserta lebih memilih untuk menunda Olimpiade Tokyo 2020.
Di antaranya datang dari Komite Olimpiade Brasil dan Slovenia yang meminta Olimpiade ditunda ke 2021. Komite Olimpiade Norwegia pun menyatakan tak ingin atlet mereka pergi ke Tokyo hingga krisis kesehatan global ini bisa dikendalikan.
Begitu pula dengan otoritas renang Amerika Serikat, di mana atlet-atlernya kerap menyumbang emas, terus mendesak Komite Olimpiade AS untuk meminta IOC menunda perhelatan multiolahraga tersebut.
"Tak ada yang ingn melihat Olimpiade ditunda, tapi kami tak bisa menahannya dengan segala upaya, khusunya dengan risiko keselamatan para atlet," ucap Presiden Atletik Dunia, Seb Coe, dikutip
AP, Senin (23/3).
Atas desakan yang terus bermunculan, pihak IOC pun akhirnya mulai melunak. Presiden IOC, Thomas Bach, mulai mempertimbangkan penundaan Olimpiade 2020. Namun, hal tersebut baru bisa diketahui maksimal satu bulan ke depan, usai Bach melakukan pertemuan dengan pihak-pihak terkait di Jepang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.