Acara ini bertujuan untuk meningkatkan literasi publik mengenai pentingnya ekosistem mangrove dalam menjaga lingkungan pesisir, mitigasi perubahan iklim, serta pelestarian keanekaragaman hayati.
Indonesia, dengan lebih dari 3,6 juta hektare kawasan mangrove (sekitar 20 persen dari total dunia), memegang peranan strategis dalam menjaga ekosistem pesisir global.
Mangrove bukan hanya benteng alami penahan abrasi, pelindung pantai dari gelombang dan badai, tapi juga merupakan penyerap karbon andal hingga empat kali lipat dibandingkan hutan daratan, berperan nyata dalam mitigasi perubahan iklim.
Selain itu, mangrove menjadi habitat vital bagi berbagai fauna, termasuk burung, ikan, dan biota pesisir yang dilindungi, sekaligus menopang ekonomi masyarakat sekitar.
Namun, ancaman terhadap ekosistem ini terus meningkat, mulai dari konversi lahan, polusi, hingga perubahan iklim global.
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Prof. Asep Saefuddin mengatakan, hakikatnya pembangunan itu untuk keberlangsungan manusia.
"Oleh karena itu, pembangunan harus berkelanjutan, holistik, dan komprehensif,” kata Prof. Asep melalui siaran pers, dikutip Kamis 31 Juli 2025.
Prof. Asep menegaskan UAI berkomitmen untuk terus mendukung pelestarian alam, termasuk ekosistem penting seperti hutan mangrove.
Sementara itu, Direktur PT Murindra Karya Lestari, pengelola TWA Angke Kapuk, Ken Savitri Ambarsari menyampaikan bahwa kawasan ini dapat menjadi ruang belajar terbuka.
“Tempat ini adalah laboratorium kita semua,” kata Ken.
Ken membuka peluang bagi mahasiswa UAI untuk melakukan penelitian langsung di Greenhouse dan di lingkungan TWA Kapuk.
BERITA TERKAIT: