Di tengah situasi genting ini, kinerja Pj Bupati Sampang, Rudy Arifianto, mulai dipertanyakan karena dianggap kurang berperan aktif dan jarang hadir di kantor.
Pj Bupati Sampang yang telah menjabat hampir setahun ini dinilai lebih sering memberikan perintah dari pendopo tanpa turun langsung melihat kondisi di lapangan.
Banyak masalah, termasuk pelanggaran oleh ASN terkait Pilkada, tampaknya dibiarkan tanpa tindakan tegas. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa Rudy Arifianto hanya berperan sebagai “bupati boneka” tanpa upaya nyata untuk membenahi Sampang.
Kondisi ini memuncak pada Rabu, 6 November 2024, saat organisasi Forsa Hebat yang dipimpin Nurhasan menggelar audiensi di Kantor Bupati Sampang.
Mereka datang dengan harapan bertemu langsung dengan Rudy untuk menyampaikan keluhan dan desakan perubahan. Namun, ketidakhadiran Rudy dalam audiensi tersebut memicu amarah para peserta.
Sebagai bentuk protes, Forsa Hebat menyegel pintu masuk Kantor Pj Bupati. Penyegelan ini dimaksudkan untuk menggambarkan kekecewaan mereka atas kepemimpinan Rudy yang dianggap tidak responsif terhadap situasi daerah.
Forsa Hebat menilai bahwa ketidakhadiran Pj Bupati di kantor, terutama pada saat-saat kritis, hanya memperburuk citra Kabupaten Sampang di mata masyarakat.
“Saya sangat kecewa dengan kinerja Pj Bupati Rudy Arifianto. Dia jarang masuk kantor dan tidak pernah hadir untuk menyelesaikan persoalan di Sampang. Akibat kepemimpinannya yang lemah, nama Sampang jadi tercoreng dan kini masuk daftar zona merah. Oleh karena itu, kami segel kantornya sebagai bentuk kekecewaan,” tegas Nurhasan.
Ia menambahkan bahwa berbagai konflik dan pelanggaran di Sampang seharusnya menjadi tanggung jawab penuh Pj Bupati.
Nurhasan menyoroti pentingnya tindakan tegas agar stabilitas daerah tetap terjaga. Minimnya respons dari Rudy Arifianto hanya memperkuat kekecewaan masyarakat yang sudah jenuh dengan kepemimpinan yang dinilai abai.
Kini masyarakat menanti langkah konkret dari Pj Bupati untuk menjawab berbagai kritikan dan tuntutan.
BERITA TERKAIT: