Dua buku tersebut masing-masing “Memetik Bulan” (terbitan tahun 2023) dan “Pacul Berdarah Puisi Serba Benda” (terbitan tahu 2024).
Penyerahan Anugrah MURI dilakukan langsung oleh pendiri MURI, Jaya Suprana bersama Direktur Utama MURI, Aylawati Sarwono.
Wina menerina anugerah MURI untuk katagori “Perintis buku puisi untuk Anak-anak dan buku puisi kebendaan.”
Selain Wina, ada juga tujuh penerima MURI lain untuk berbagai katagori. Salah satunya penyanyi asal Surabaya, Erwina yang menerima anugerah MURI untuk katagori “penyanyi Indonesia yang menguasai sebelas bahasa asing.”
Ada pula penerima untuk katagori pengabdian untuk kemanusiaan, serta perempuan pertama yang menerima gelar doktor bidang teologi Katololik.
Wina mengatakan bahwa buku puisi untuk anak-anak terbit didorong kenyataan tidak ada buku puisi untuk anak-anak.
“Kalau buku puisi tentang anak-anak mungkin sudah ada beberapa,” kata Wina dalam keterangannya.
Menurut Wina, anak zaman kiwari sudah sangat berbeda dengan anak dahulu, baik dilihat dari cara berpikirnya maupun dari keragaman sosial budayanya.
”Jika mereka tidak dibiasakan mengenal rasa seni, bisa jadi kelak besar mereka juga tidak mengenal nilai-nilai baik atau buruk,” kata Wina.
Acara anugrah MURI diakhiri dengan penampilan Erwina yang membawakan lagu Mandarin Klasik dan lagu Indonesia asal Jawa Timur. “Rek Ayo Rek".
Diketahui, MURI didirikan pada 27 Januari 1990. Rekor pertamanya dikeluarkan pada 14 Juli 1990 untuk Pejalan Kaki Termuda, Vinas V. Lindri Saputri umur 6 tahun. Dia menempuh jarak 55 Km Semarang-Jakarta selama 26 hari. Sampai saat ini MURI telah memberikan 11.700 rekor.
BERITA TERKAIT: