RMOL. Omzet penjualan peci pedagang di kawasan Pasar Aceh atau tepatnya di belakang Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, merosot. Padahal, menjelang hari raya Idulfitri, warga banyak berburu peci untuk salat Ied. Namun, kondisi tahun ini tampak berbeda.
Adalah Agus yang sudah lama berjualan peci di belakang masjid kebanggaan rakyat Aceh tersebut. Dia berjualan di Jalan Teungku Chik Pante Kulu, atau di belakang Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
“Saya jualan disini sudah lama sekali, sebelum tsunami sudah jualan peci. Jadi ada sekitar 30 tahun lah,†kata Agus kepada Kantor Berita RMOLAceh, Senin (10/4).
Lapak dagangannya tak begitu besar, berpayung terpal biru, Agus menumpuk ratusan peci-peci yang berbagai merek yang dijualnya. Di antara merek-merek yang sudah dikenal itu adalah, motif peci pinto Aceh, kupiah meukutob, peci bulat jaring, polos hitam panjang, bermotif rencong.
Selain itu, di lapak jualan Agus, juga tersedia aneka tasbih, serban, buku-buku agama dan Al-Quran. Sehingga bagi masyarakat yang mencari kebutuhan untuk ibadah, lapak ini sangat direkomendasikan.
“Piyoh, piyoh Pak (singgah pak),†ucap Agus, sambal berdiri mengajak pengendara yang berlalu lalang di depan lapak jualannya.
Siang menjelang sore itu, Agus duduk tertegun di kursi plastik miliknya. Sisi kiri dan kanannya terlihat beberapa meja kayu dengan berbagai ukuran yang ditata rapi dengan peci dan kopiah.
Kantor Berita RMOLAceh sempat mampir melihat berbagai macam jenis peci dan kopiah sambal berbincang-bincang santai terkait penjualan kopiah selama ini.
Memang di lapak peci milik Agus ini, koleksi peci dan kopiah lumayan cukup lengkap. Dimana peci-peci ini dikirim dari berbagai pengrajin di beberapa daerah di Provinsi Aceh.
Selain koleksi yang lengkap, lokasi lapak Agus dan beberapa pedagang peci sekitar juga sangat strategis, lantaran berada di Pasar Aceh atau Masjid Raya Baiturrahman, yang kerap dikunjungi banyak orang.
Dalam kesempatan itu, Agus mengaku penjualan peci atau kopiah pada Ramadhan tahun ini sedikit menurun dari bulan puasa sebelumnya.
“Bulan puasa kali ini sepi (pembeli), beda pokoknya (dengan puasa tahun lalu),†sebut dia.
Menurut dia, selama Ramadan tahun ini, peci yang dijualnya hanya mampu terjual sekitar 10 peci. Agus menjual peci dengan harga Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu per satuan.
Agus mengakui, selama ini penjualannya menurun lantaran peci atau kopiah itu susah terjual. Sehingga kondisi ini sangat dirasakan oleh Agus, yang selama bukan bulan puasa pecinya banyak terjual.
“Selama ini susah terjual. Sehari pun nggak sampai Rp 500 ribu dapat untunglah,†kata dia.
Agus menjelaskan, bahwa selama ini banyak pembeli peci dan kopiah di lapak jualannya dari wisatawan, anak sekolah maupun mahasiswa yang kuliah.
“Akan tetapi sekarang inikan anak sekolah sedang libur,†ujar Agus.
Dia mengatakan, lesunya penjualan kopiah atau peci lantaran merosotnya ekonomi masyarakat pascapandemi Covid-19.
Agus menduga, ekonomi masyarakat sedang tidak stabil, sehingga masyarakat lebih memilih membeli kebutuhan lain ketimbang membeli peci atau kopiah.
“Menurut saya ekonomi sekarang lagi merosot, uang nggak ada. Orang masih bisa pakai peci yang lama daripada makan makanan yang lama,†demikian Agus.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: