Syurfah (82), mantan guru agama Firli tak menyangka, anak didiknya itu tiba-tiba datang di kediamannya di Jalan Ariodillah IV, Kecamatan Ilir Timur (IT) Palembang. Didatangi Firli, Syurfah tak bisa menahan haru, ia kemudian memeluk Firli yang saat ini menjadi pimpinan lembaga negara yang menjadi tulang punggung pemberantasan korupsi di Indonesia.
“Saya sangat bangga dan haru karena ada murid saya dulu mengunjungi saya dan masih ingat dengan saya, walaupun sudah menjadi pejabat di pemerintahan,†ujar Syurfah kepada wartawan di Ilir Timur, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (22/12).
Syurfah kemudian bernostalgia, ia mengenang muridnya sebagai anak yang cerdas dan alim. Selain pintar, Firli dikenal oleh Syurfah merupakan sosok anak didik dengan tata krama yang baik. Bahkan akunya, hingga saat ini Firli masih ingat pelajaran apa yang disampaikan olehnya sewaktu mengajar dulu.
“Saya sempat bertanya kepada beliau mengenai pertanyaan saya semasa sekolah dulu dan beliau masih ingat dengan pertanyaan saya, yang menanyakan berapa kali kita menyebutkan Firli dalam pelaksanaan shalat. Dan jawabannya pun benar yakni sebanyak 17 kali,†ungkap Syurfah.
Ia menuturkan, sangat bangga menjadi seorang guru yang perjuangannya tidak terlupakan seperti dikunjungi mantan muridnya ini Firli Bahuri.
“Beliau sudah seperti anak saya sendiri dan hingga kini masih terus ingat kenang-kenangan bersama beliau,†bebernya.
Dia berharap kepada mantan muridnya tersebut agar terus menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. “Saya mendoakan yang terbaik kepada beliau khususnya dalam bidang pekerjaannya sekarang ini,†tambahnya.
Sementara itu, Ketua KPK, Firli Bahuri menuturkan, bahwa kunjungannya dalam rangka memperingati hari ibu. Menurut Firli, peran guru tidak hanya sekadar mentransfer ilmu pengetahuan dan memberikan bekal kehidupan di masa depan. Tetapi guru juga bagian yang tidak bisa dipisahkan untuk mewujudkan cita-cita negara, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Tidak ada sebuah kesuksesan tanpa andil dari seorang guru,†kata Firli.
“Begitu besarnya peran guru. Guru juga bisa melakukan perubahan peradaban. Dari orang yang tidak beradab menjadi beradab,†kata dia lagi.
Keikhlasan seorang guru, kata Firli, ibarat akar pohon yang memberikan nutrisi kepada ranting, batang, daun, hingga buah. Tetapi manusia hanya melihat kokoh, manis, dan bagusnya bunga dari pohon. Tanpa melihat peran akar di balik itu semua.
Keikhlasan guru, lanjut Firli, juga ibarat gula yang tidak pernah mengatakan dirinya manis. Seperti guru tidak ada yang pernah mengatakan di balik orang sukses itu ada jasa-jasanya. Meskipun di balik setiap kesuksesan orang atau majunya peradaban suatu bangsa tidak pernah bisa dilepaskan dari guru.
“Ikhlasnya guru sama dengan ikhlasnya gula, seperti guru dia tidak pernah ingin disebut jasa guru, tetapi jasanya dirasakan oleh setiap orang oleh setiap umat manusia, oleh setiap murid-muridnya, oleh setiap kemajuan bangsa dan peradaban bangsa itu sendiri," ucapnya.
BERITA TERKAIT: