Kontribusi tersebut dilakukan dengan program-program pembinaan yang adaptif,
agile, inovatif dan memberikan dampak pada masyarakat. Kontribusi itu dilakukan dengan berbasis pada empat pilar pola pembinaan yaitu akademik, seni budaya, karakter dan kecakapan hidup. Â
Khusus pilar kecakapan hidup, ini merupakan program yang diselenggarakan dengan basis kearifan lokal (
local wisdom) di mana kekayaan budaya lokal dikembangkan menjadi suatu aktifitas yang dapat dilestarikan, dikembangkan dan menjadi suatu kegiatan perekonomian di daerah tersebut.
Salah satu yang dikembangkan adalah seni dan budaya batik. Kontribusi sosial semacam itu dilakukan sejak 2007 lalu di wilayah binaan di Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Hal ini telah diterapkan sebagai kegiatan untuk menanamkan cinta seni batik melalui kegiatan ekstra kurikuler dan saat ini juga telah ditetapkan oleh pemerintah daerah dijadikan sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal (Mulok). Batik karya para siswa binaan pun memberikan nilai cerita dibalik motifnya.Â
Perkembangan perbatikan oleh para siswa menjadi penting dan strategis dalam upaya pelestarian budaya ataupun kearifan lokal dalam hal menyiapkan generasi muda sebagai bagian regenerasi pembatik di daerah Gunung Kidul secara khusus dan Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum.
Dlam hal ini pula, YPA MDR membentuk “Komunitas Pembatik Cilik†yang terdiri dari siswa pilihan lintas sekolah binaan di Kecamatan Gedangsari sebagai upaya nyata dalam memfasilitasi siswa untuk mengekspresikan diri, meningkatkan kreativitas dan kecakapan hidup, serta melestarikan identitas budaya batik sejak dini.
BERITA TERKAIT: