Profesor Musri Musman Klaim Ganja Bisa Sembuhkan 72 Penyakit

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/diki-trianto-1'>DIKI TRIANTO</a>
LAPORAN: DIKI TRIANTO
  • Rabu, 09 Desember 2020, 22:15 WIB
Profesor Musri Musman Klaim Ganja Bisa Sembuhkan 72 Penyakit
Pemusnahan ganja oleh Badan Narkotika Nasional Aceh/Net
rmol news logo Di tengah persepsi negatif masyarakat, keberadaan tanaman ganja dinilai memiliki manfaat bagi kesehatan.

Peneliti ganja di Universitas Syiah Kuala, Profesor Musri Musman mengatakan, sejatinya ganja memiliki banyak manfaat. Hal tersebut pun telah dibuktikan oleh penelitian di banyak lembaga luar negeri. Sementara di Indonesia, penelitian terkait ganja terhalang undang-undang.

Dalam webinar bertema “Ganja Dalam Ingatan dan Pengalaman Orang Aceh: Dari Pengobatan hingga Bumbu Masakan” yang diadakan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Budaya Provinsi Aceh dan Asosiasi Tradisi Lisan Aceh, ia menyebut setidaknya ada 72 penyakit yang bisa disembuhkan melalui ganja.

Ia mengatakan, Amerika Serikat telah menggunakan ganja untuk mengobati epilepsi, kanker, HIV, dan lain-lain. Prinsip kerjanya, rasa sakit dapat diantisipasi oleh minyak ganja. Namun demikian, ia menekankan bahwa cara pemakaian minyak ganja bukan dioleskan di rokok lantas dibakar dan diisap.

“Namun penggunaannya harus diawasi secara profesional dan mendapat anjuran medis,” kata Musri diberitakan Kantor Berita RMOLAceh, Rabu (9/12).

Selain untuk medis, tanaman ganja juga memiliki banyak manfaat, seperti untuk produk rumahan, kertas, bahkan popok bayi. Mulai dari akar hingga bunganya, ganja berguna dan lebih efektif dari tanaman-tanaman lain.

“Ganja juga banyak mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh,” jelas Musri.

Sementara budayawan Aceh,  Nurdin AR mengatakan, ganja adalah identitas bangsa Aceh. Dalam konteks tersebut, ganja menjadi identitas negeri Aceh, di dalam kitab Tajul Muluk pun diarahkan mengelola ganja sebagai obat.

Nurdin juga mengatakan, ganja memiliki manfaat bagi para petani cabai. Di Aceh, umumnya, para petani menanam ganja di sela-sela cabai sebagai antihama.

Sejauh ini, kata Nurdin, pemanfaatan ganja di Aceh hanya sebatas obat, penyedap makanan dalam takaran terbatas, dan sebagai pendamping tanaman cabai. Masih jarang ditemukan orang yang mabuk ganja di masa lalu karena pengisap ganja umumnya sembunyi-sembunyi.

“Bahkan ada pepatah Aceh, hai aneuk, bek sagai-sagai tameuganja papateu. Yang artinya, nak, janganlah engkau mengisap ganja. Engkau akan papa akibatnya,” kata Nurdin. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA