Tanah bergerak ini mencapai luas sekitar satu hektar dengan kedalaman tanah ambles mencapai tiga meter.
Dilaporkan
Kantor Berita RMOLJateng, Kepala Desa Grenggeng Eri Listiawan mengungkapkan, akibat bencana ini sebanyak dua keluarga yang terdiri tujuh jiwa di wilayah RT 5 RW 4 Desa Grenggeng diungsikan ke tempat yang lebih aman.
Rumah warga yang terkena bencana, kata Eri posisinya juga sudah miring sehingga tidak mungkin ditempati.
"Bencana tanah bergerak ini terjadi secara bertahap, mulai hari Rabu (28/10) hingga Jumat (30/10). Awalnya tanah seperti bergetar dan bergerak turun seperti longsor di lahan seluas sekitar 300 meter. Kemudian hujan yang terus mengguyur wilayah kami membuat pergerakan tanah makin meluas," kata Eri Listiawan, Sabtu (31/10) seperti diberitakan
Kantor Berita RMOlJateng.
Dikatakan Eri, pergerakan tanah terjadi saat malam hari sekitar pukul 23:30, kemudian puncaknya sekitar pukul 24.00 WIB. Tidak ada bunyi gemuruh seperti tanah longsor, tetapi yang terdengar keras suara batang pohon yang patah.
"Kejadian ini bukan yang pertama kalinya terjadi di wilayah kami. Pada tahun 2019 lokasi tersebut pernah mengalami longsor. Saat itu kejadiannya kecil dan ada tiga rumah yang terancam. Namun, kali ini luasan tanah bergeraknya semakin luas," kata Eri.
BERITA TERKAIT: