Tetapi agama sebagai ilham ilahi melalui para nabi dan orang bijak yang terkumpul dalam kitab-kitab suci belum dapat mewujudkan
rahmatan il alamin. Karena belum ada kesepakatan bahasa spiritual yang satu.
Atas alasan itu, The Host of Interfaith Study (THIS) menginisiasi gelaran dialog lintas iman bertajuk “Tuhan Itu Satu".
“Kami bangsa Indonesia yang memiliki Pancasila dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa merindukan pencerahan bagi terwujudnya Tuhan Itu Satu,†tulis flyer pengumuman dialog tersebut sebagaimana diterima redaksi, Selasa (19/5).
Dialog lintas iman akan diluncurkan pada 26 Mei 2020 melalui Zoom Conference jam 18.30 hingga 19.30.
Acara dilanjutkan dengan dialog lintas iman pada 27 Mei 2020 yang akan diampu Prof Doctor KH Nasarudin Umar dengan tema “Ketauhidan Sebagai Rahmad Allahâ€.
Pada tanggal 28 Mei 2020 diampu oleh Ksd Naen Soeryono dengan tema “Sangkanparaning Dumadiâ€, 29 Mei oleh Pendeta Doctor Tjahjadi Nugroho dengan tema “Menjawab Tantangan Yesus Kristusâ€, dan 30 Mei oleh Bhante Dhammakaro Mahathera bertajuk “Kemanusiaan itu Satuâ€.
Selanjutnya pada 31 Mei oleh Haksu Binky Irawan dengan tema “Kepercayaan Harta Karun Termahalâ€, 1 Juni oleh Doctor Inda Rsi Putra Manuaba bertajuk “Tan Hana Dharma Mangrvaâ€, dan terakhir pada 2 Juni oleh Romo Doctor Budi Susanto bertajuk “Mencari Kebenaran Tuhanâ€.
THIS turut mengundang masyarakat untuk bergabung. Syaratnya, mereka yang akan bergabung adalah pencari kebenaran dan berjanji tidak akan marah-marah, mengumpat atau berkata-kata tidak senonoh menghadapi segala perbedaan pandangan.
Peserta diperbolehkan untuk hadir dan meninggalkan diskusi dan tidak membawa segala pembicaraan dalam diskusi ke ranah lain, termasuk ke ranah hukum
Selanjutnya kode dan password untuk mengikuti dialog akan diberikan setelah peserta mendaftar lewat nomor WhatsApp 08156588660. Dengan catatan calon peserta harus menghormati hak admin untu mute dan unmute sesuai dengan tata tertib dan sopan santun yang berlaku.
Manusia merupakan makhluk cerdas bumi yang telah mengembangkan kemampuan intelektualnya untuk membangun ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) modern. Hal ini bisa dilakukan karena manusia memiliki kecerdasan kolektif yang dihasilkan oleh bahasa sains yang satu. 
