Jika Tidak Segera Diantisipasi, Indonesia Akan Alami Kelangkaan Pangan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 02 Mei 2020, 08:33 WIB
Jika Tidak Segera Diantisipasi, Indonesia Akan Alami Kelangkaan Pangan
Ilustrasi Pangan Indonesia/Net
rmol news logo Indonesia bisa mengalami kelangkaan pangan pada Juli 2020, jika pandemik Covid-19 belum mereda sampai saat itu. Saat ini, stok pangan masih cukup tersedia hingga Juni 2020. Data Kementan menyebutkan, ketersediaan beras produksi beras pada April hingga Juni 2020 mencapai sekitar 10,5 juta ton.

Anggota Komisi II DPR RI Hugua mengingatkan agar pemerintah segera mengambil langkah mempercepat pola tanam sebagai antisipasi krisis pangan yang bisa saja terjadi setelah Juni 2020. Langkah itu harus disikapi dengan serius, Apalagi saat ini seluruh fokus elemen bangsa ini tercurah penuh pada penanganan virus corona.

"Kami memperkirakan hingga akhir Mei 2020 ini penyebaran Covid-19 masih tinggi, maka kemungkinan masa tanggap darurat akan diperpanjang hingga Agustus atau September 2020. Meskipun data statistik menyebutkan hingga Juni 2020 stok pangan khusus beras masih cukup aman," kata Hugua dalam keterangan persnya, Jumat (1/5).
 
Menerapan protokol kesehatan seperti jaga jarak, tinggal di rumah, bekerja dari rumah dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menyebabkan terganggunya rantai distribusi barang dan jasa, termasuk sarana dan prasarana produksi pertanian seperti pupuk, bibit dan obat-obatan.

Pemerintah telah mengeluarkan paket stimulus untuk membantu petani. Namun, menurut Hugua kemungkinan kelangkaan pangan tetap harus disikapi dengan serius, utamanya karena wabah Covid-19 ini telah mengganggu rantai distribusi logistik.

Hugua juga meminta kepada Mendagri untuk membuat kebijakan khusus guna mendorong pemerintah daerah bergotong royong bersama rakyat untuk berswasembada pangan, khususnya pangan non-beras seperti biji-bijian, umbi-umbian, sagu, palawija dan bahan pangan lokal lainnya.

"Pangan non-beras ini penting karena jenisnya sangat beragam, areanya lebih luas dari persawahan, mencakup seluruh provinsi, lebih mudah dikembangkan oleh petani dengan teknologi lokal serta dapat menerapkan saprodi lokal seperti pupuk organik, bibit lokal dan obat-obatan organik lokal buatan petani sendiri," katanya.

Dengan demikian, walaupun terjadi gangguan rantai pasokan saprodi pertanian akibat pandemi Covid-19, tidak akan mengurangi hasil panen petani.

Sebelumnya Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan produksi beras Indonesia pada Juni 2020 surplus 6,4 juta ton.

Selain beras, hingga saat ini terdapat delapan komoditas yang mengalami surplus, yakni bawang putih, cabai merah besar, cabai rawit, jagung, dan bawang merah. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA