Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Selain Macet Dan Banjir, Jakarta Juga Harus Fokus Tangani Sampah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Rabu, 02 Oktober 2019, 18:14 WIB
Selain Macet Dan Banjir, Jakarta Juga Harus Fokus Tangani Sampah
Diskusi dan Milad GPII/Net
rmol news logo Ada sejumlah persoalan di Ibukota DKI Jakarta yang harus dibenahi. Persoalan yang masih akut adalah masalah banjir, kemacetan dan sampah.
HUT 79 RI

Demikian disampaikan mantan Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Jakarta Ahmad Sulhi saat diskusi publik bertajuk "Bergerak Membangun DKI Jakarta Yang Lebih Baik" di sekretariat GPII, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/10).

Diskusi ini adalah bagian dari rangkaian milad GPII ke-74. Pembicara diskusi adalah para mantan ketua GPII Jakarta. Selain Ahmad Sulhi, hadir juga Feri Iswan dan Erik Fitriadi serta Ketua Umum PP GPII Masri Ikoni.

Menurut Ahmad, sampah mestinya dapat dikelola secara maksimal sehingga bermafaat. Bahkan, jika sampah itu dapat dikelola, hal itu dapat menguntungkan dan menjadi aset, yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk pembangunan ibukota.

"Kenapa sampah, karena memang fokus menghilangkan sampah tidak terjadi pada tataran aturan, Perda. Sampah itu mestinya menjadi aset. Ini beda dengan di Surabaya," katanya.

Hal yang sama juga disampaikan Feri Iswan. Feri menyampaikan bahwa tumpukan sampah setiap hari dan dikirim ke Bantar Gebang mencapai 4 ribu ton.

"Bayangkan kalau semua masyarakat Jakarta makan rendang. Kalau sampah itu 4.000 ton sehari. Bayangkan kalau satu bulan berapa itu, kan luar biasa Jakarta," katanya.

Selain sampah, Iswan juga menyampaikan persoalan lainnya. Misalnya, dia menyebut soal tata kelola pemerintahan. Menurut Iswan, Walikota Jakarta tidak bisa berbuat apa-apa. Misalnya, soal pendistribusian program.

"Walikota rapat dengan sudin-sudin. Walikota hanya membawahi camat dan lurah-lurah. Sudin-sudin itu banyak yang tidak paham koordinasi meski satu kantor dengan Walikota," papar dia sambari menyebut bahwa persoalan tawuran di sejumlah kampung juga seolah menjadi ritual bagi sebagian penduduk Jakarta.

Erik Fitriadi mengatakan bahwa semua persoalan yang belum tuntas penyelesaiannya di Jakarta karena disebabkan Sumber Daya Manusia (SDM). Dia lebih spesifik berbicara soal demokrasi. Bagi dia, ada syarat yang harus dipenuhui agar sistem demokrasi lebih berkembang.

"Demokrasi tak mungkin berkembang kalau tidak ditopang SDM. Contohnya kader GPII. Harus perluas pengetahuan. Kaderisasi di GPII lebih kepada people power, aksi, pembangunan SDM agak lemah," pungkas Erik.

Menurut dia, kader GPII harus mempersiapkan diri sejak dini dan jangan sia-siakan waktu belajar. Segala sesuatu bisa didaptkan di Jakarta jika kader GPII lebih serius belajar.

"Wilayah Jakarta ini luar biasa potensinya. Apa yang tidak ada di Jakarta. Semua etnis, suku, karakter ada di sini. Jakarta pusat pemerintahan, ekonomi dan bisnis," tukas dia.

Adapun Masri Ikoni selain berbicara soal masa lalu GPII dia juga menyampaikan hal-hal yang sedang dan akan dihadapi oleh GPII di masa yang akan datang. Sebagai organisasi besar, Masri, mengatakan jangan sampai GPII kalah dengan buzzer. Untuk itu, dia ingin GPII memiliki banyak aset untuk mengembangkan pengetahuan kader GPII.

"Misalnya (GPII) punya gedung pusdiklat atau lembaga penelitian. Organisasi seperti kita ke depannya itu mendapat saingan cukup berat. Ada buzzer. Kalau bergerak mereka (buzzer) serentak," katanya.

Masri juga menyampaikan soal wacana pemindahan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Menurut Masri, akan ada perubahan besar-besaran di Jakarta jika pemindahan ibukota terwujud.

"Kalau ibukota pindah, Jakarta menjadi pusat bisnis dan hiburan. Kita akan menghadapi banyak pendatang. Kalau teman-teman tidak mempersiapkan diri, apakah kita harus nolak atau gimana. Ini belum kita bicara agama," katanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA