"Saat ini saya menutup (Jateng Fair 2018) saat saya membuka (jabatan Gubernur Jateng periode 2018-2023), semoga ini menjadi politik kendang, yang akan memberi irama indah," kata Ganjar, seperti dilansir
Kantor Berita RMOLJateng.
Ganjar berharap dengan berkumpulnya pelaku ekonomi selama 24 hari di acara Jateng Fair terjadi komunikasi proses ekonomi kreatif.
"Hari ini dunia sedang berubah dan bergerak, ekonomi sedang terjadi benturan luar biasa. Event seperti ini sebenarnya bagaimana kita menjual produksi lokal, kalau produk itu memang bermutu ini menjadi potensi luar biasa," katanya.
Ganjar menyebut, beberapa produk unggulan Jateng saat ini justru memiliki prospek luar biasa meski kondisi perekonomian dunia sedang tidak menentu. Kerajinan kursi rotan dari Wonogiri dan Jepara salah satunya. Produk itu memiliki nilai jual lebih saat diekspor.
Dia berharap langkah pengrajin tersebut diikuti oleh pelaku usaha lain, yakni meningkatkan kualitas produksi sesuai pangsa pasar ekspor.
Dinas Pertanian dan Perkebunan misalnya, kata Ganjar, jika mampu melakukan akselerasi terhadap dunia ekspor akan memiliki daya jual yang luar biasa.
"Jadi kita tidak perlu memaki menghadapi situasi seperti ini," katanya.
Sementara itu, Direktur PT PRPP Jateng Titah Listyorini selaku penyelenggara menjanjikan, adanya peningkatan kualitas acara pada tahun depan. Pada gelaran Jateng Fair 2019, pihaknya akan melakukan rebranding agar para pelaku ekonomi kreatif lokal hadir dengan kualitas produk yang tinggi.
"Hal tersebut perlu kami lakukan mengingat Jateng Fair telah terselenggara selama 31 tahun," katanya.
Titah menambahkan, Jateng Fair 2019 bakal diselenggarakan pada 23 Agustus hingga 15 September. Dengan waktu satu tahun persiapan, dia berharap akan semakin banyak ide-ide pelaku ekonomi yang muncul dan pengunjung pun semakin meningkat.
"Tahun ini gelaran Jateng Fair dikunjungi 200 ribu orang. Angka ini di bawah target kami sebanyak 500 ribu pengunjung," katanya.
Acara yang digelar sejak 17 Agustus tersebut memamerkan berbagai produk unggulan Jateng , dari hasil pertanian, kerajinan tangan, pariwisata hingga perusahaan multinasional.
[yls]