Keluhan itu disampaikan Jhasa Putra, warga dari desa Karang Tinggi. Ia mengatakan, pasokan air bersih dari PDAM sering terganggu pada saat musim hujan. Airnya berwarna keruh, dan air mengalir ke desanya hanya pada malam hari.
"Pada waktu musim hujan air keruh, terkadang air sama sekali tidak mengalir. Saat musim panas, air juga kurang bahkan tidak ada. Sedang malam hari air mengalir kencang, bahkan kran air yang ditutup bisa-bisa jebol. Tapi saat pagi dan sore, air tidak ada sama sekali," keluh Jhasa, seperti dilansir
Kantor Berita RMOL Bengkulu, Senin (3/9).
Jhasa mengatakan masih banyak catatan terkait layanan PDAM Tirta Raflesia. Selain pasokan air, saluran yang bocor juga tak kunjung diperbaiki.
“Kurang lebih dalam 4 bulan terakhir saluran air yang jebol tak kunjung diperbaiki. Kita jadi bertanya-tanya. Permasalahan air PDAM tidak lari dari sana" ujarnya.
Secara terpisah, Direktur PDAM Tirta Rafflesia Benteng, Siti Yuningsih membantah adanya pembiaran pipa PDAM yang bocor. Ia memastikan, jika ada kerusakan, warga pasti langsung menghubunginya, dan pihaknya langsung melakukan perbaikan.
“Untuk kerusakan atau jebol kran setahu saya tidak ada, soalnya warga itu langsung mengadu kepada saya jika ada kerusakan. HP saya
standby 1 x 24 Jam untuk masyarakat langganan PDAM," kata Siti melalui via telpon.
Terkait pasokan air yang kadan terganggu saat hujan, Siti menjelaskan, bahwa kalau di hulu hujan dan terjadi banjir, air PDAM memang tidak disalurkan.
"Bahwa kalau di hulu hujan, otomatis kita berhenti dulu, karena kita gaya grafitasi dan impek kita itu di tengah tengah sungai. Jadi tidak dialirkan, menunggu air surut dulu baru bisa kita alirkan," ujarnya.
[yls]