Menurut Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian LHK Raffles B. Panjaitan, angka itu jauh menurun hingga 71,5 persen dibandingkan tahun 2016 yang seluas 438.360 hektare. Dan lebih signifikan lagi jika dibandingkan 2015 yang mencapai 2,61 juta hektare.
"Pasca kebakaran di tahun 2015, pemerintah mulai mengedepankan upaya pencegahan dan melakukan early response (sebelum fase krisis). Sebelumnya, upaya yang diambil lebih fokus pada kejadian karhutla (saat fase krisis)," jelas Raffles kepada redaksi, Minggu (22/10).
Selain itu, keterpaduan pihak-pihak terkait dalam penanganan turut menekan tingkat terjadinya kebakaran hutan, terutama di daerah-daerah rawan.
"Di tingkat tapak, kunci penting keberhasilan penanganan karhutla tahun 2017 ini tidak lepas dari sinergi dan kerja sama yang terjalin baik antara para pihak, seperti Manggala Agni KLHK, BNPB, BPBD, TNI, Polri, pemerintah daerah, pihak swasta, tokoh masyarakat, dan para pihak terkait lainnya," kata Raffles.
Dia menambahkan, sinergitas tersebut membuahkan hasil nyata di lapangan. Meskipun kebakaran masih terjadi di beberapa daerah, namun tidak menimbulkan dampak asap yang meluas dan kerugian besar seperti kejadian 2015 lalu. Raffles juga merasa bangga bahwa upaya dan capaian Indonesia dalam menekan tingkat kebakaran hutan dan lahan mendapat respon positif dari beberapa negara tetangga, saat Conference of the Parties-Asean Agreement on Transboundary Haze Pollution (COP-AATHP) ke-13, di Brunei Darussalam pada September lalu.
[wah]
BERITA TERKAIT: