Keputusan itu, lanjutnya, bukan hanya karena ditunjuk petinggi partai, tapi juga lantaran ia adalah putera daerah asli Bogor.
"Saya orang Ciriung, Cibinong, Kabupaten Bogor. Tapi, saya diminta maju lewat daerah pemilihan Garut dan Tasik. Tapi saya bisa menang dua periode. Jadi, sangat siap, apalagi ini kampung sendiri," tegasnya seperti dikutip
RMOLJabar, Senin (12/6).
Didin menyadari, dalam pencalonannya Demokrat harus berkoalisi dalam memenuhi kuota kursi. Ia berharap akan membawa gerbong koalisi untuk memenuhi kuota 10 kursi dalam pencalonannya di tahun 2018 mendatang.
Namun, jika dirinya tidak mampu untuk memenuhi kuota tersebut, Didin akan menyerahkannya kepada kader Demokrat lain yang masih menerima jika cukup hanya menjadi wakil bupati.
"Kan teman-teman di DPC Kabupaten Bogor, memasang target jadi F2 karena melihat jumlah kursi yang hanya empat di DPRD Kabupaten Bogor," jelas Didin.
"Nah, kalau saya tidak tahu diri, saya maunya jadi F1 dengan catatan saya membawa koalisi untuk memnuhi kuota 10 kursi minimal, ya syukur kalau bisa lebih. Tapi, kalau saya tidak mampu melakukan itu, saya akan serahkan ke teman-teman yang mau jadi F2 saja," tegas anggota DPRD Provinsi Jawa Barat itu.
[ian]
BERITA TERKAIT: