Ratusan penggemar wayang kulit berbondong-bondong menuju halaman rumah Kepala Desa Tlogoagung, tempat pagelaran wayang kulit itu berlangsung. Sekitar 250 tempat duduk yang disediakan panitia tak mampu menampung penonton yang membludak. Sehingga lebih banyak penonton harus berdiri di luar tenda.
"Saya sudah beberapa kali menghadiri pagelaran seni budaya sebagai salah satu metode sosialisasi Empat Pilar, tapi saya penonton di sini lebih banyak," kata Wakil Sekjen MPR Selfie Zaini dalam sambutannya selaku pelaksana pagelaran wayang.
Pemanfaat seni budaya sebagai salah satu metode sosialisasi Empat Pilar, kata Selfie Zaini, dinilai lebih efektif karena banyak sekali penggemarnya. Selain itu, pagelaran seni budaya adalah merupakan bentuk konkret dari upaya MPR dalam mereaktualisasi seni budaya tradisional.
"Pertunjukan wayang kulit jarang diselenggarakan di desa kami. Karena itu masyarakat kami menyambut sangat antusias pagelaran ini, terutama dari kalangan tua-tua," ungkap Selfie.
Bukan hanya itu, pagelaran yang diselenggarakan di desa paling timur di Kabupaten Bojonegoro ini, juga mendatangkan berkah buat para pedagang berbagai jenis makanan dan minuman, serta bermacam-macam mainan anak-anak. Mereka membuka lapak di sisi kanan kiri jalan menuju ke lokasi pagelaran wayang tersebut.
Pagelaran wayang kulit ini menampilkan lakon "Srikandi. Kridha" dengan dalang Ki Sigit Ariyanto dari Rembang, Jawa Tengah. Acara ini dibuka secara resmi oleh Pimpinan Fraksi PKB MPR Anna Mu'awanah ditandai dengan penyerahan tokoh wayang Srikandi kepada dalang Ki Sigit Ariyanto.
Anna Mu'awanah dalam sambutannya menyatakan, untuk pagelaran wayang di Desa Tlogoagung ini memang sengaja dipilih lakon Srikandi. Karena, Kepala Desa Tlogoagung yang menjadi tuan rumah pagelaran ini adalah seorang perempuan, maka oleh dalang dipilihlah lakon Srikandi Krida. Alasannya, dalam membangun tatanan desa, kecamatan, kabupaten, atau lain sebagainya harus melibatkan seluruh masyarakat, tanpa pandang bulu.
Wayang menurut Mu'awanah, mengandung tiga unsur, yakni sebagai tontonan, sebagai tuntunan, dan sebagai tatanan berkehidupan. Pagelaran wayang ini sekaligus juga membantu meningkatkan ekonomi masyarakat kecil.
[san]
BERITA TERKAIT: