Dirilis dari Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) Pilkada 2017 milik KPU yang sudah hampir rampung, AHY-Sylvi 17.03 persen, Basuki-Djarot 42.96 persen, dan Anies-Sandi 40.01 persen. Data ini masih berupa data sementara untuk pembanding, sedangkan hasil resmi sebagai dasar untuk menetapkan paslon terpilih tetap menggunakan hasil rekapitulasi manual dan berjenjang.
Analisis politik Jajat Nurjaman mengatakan, perolehan suara yang cukup fantastis Anies-Sandi tidak lepas dari peran Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan partai koalisinya PKS yang mampu membuktikan kematangan dalam menyusun strategi politik dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Hasil seperti ini merupakan prediksi awal, bahwa Pilkada DKI akan berjalan dua putaran. Dan dengan komposisi seperti ini tampaknya Anies-Sandi akan memperoleh keuntungan dengan berpindahnya suara pendukung Agus-Sylvi, dengan alasan mayoritas penduduk Jakarta menginginkan perubahan dan ditambah banyaknya warga Jakarta yang kecewa atas kebijakan-kebijakan pemimpin sebelumnya," sebut Jajat, Jumat (17/2).
Ia menilai, secara perhitungan politik sangat wajar dalam putaran pertama Basuki-Djarot mampu unggul, mengingat pengaruh dan dukungan besar dari partai politik pengusungnya PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura. Namun, jumlah tersebut tidaklah maksimal mengingat total koalisi partai pendukung Basuki-Djarot adalah 49 persen, belum lagi ditambah dengan dukungan para relawan teman ahok yang jumlahnya lebih dari 1 juta. Dengan jumlah dukungan sebesar itu, seharusnya Basuki-Djarot menang mudah dalam satu putaran.
"Menyusutnya dukungan Basuki-Djarot dalam putaran pertama dipengaruhi faktor ketidakpuasan atas kepemimpinan mereka dan statusnya hukum Ahok sebagai terdakwa penista agama," ungkapnya.
"Sementara itu dalam putaran kedua nanti pasangan Anies-Sandi yang mengantongi suara 40 persen berpotensi mendapatkan tambahan suara dari pendukung pasangan AHY-Sylvi yang menginginkan pemimpin baru di Jakarta," tutup Jajat menambahkan.
[rus]
BERITA TERKAIT: