Pejuang pembebasan Irian Jaya itu menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 76 tahun, setelah terbaring lemah di ICU karena menderita komplikasi penyakit.
Kabar yang didapatkan redaksi, almarhumah meninggal dunia pada pukul 22.45 WIB dan jenazahnya kini masih berada di rumah duka rumah sakit.
Herlina menderita diabetes akut dan gangguan di paru-paru (TBC). Ia berada di ICU RSPAD sejak hari Minggu (8/1) setelah sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Cibubur.
Awal mulanya, ia sempat terjatuh di kediamannya di Cibubur, kemudian dilarikan ke rumah sakit oleh keponakannya yang bernama Subi. Sehari-hari, Subi yang selalu bersama Herlina, karena dua anaknya selama ini tinggal di Malaysia.
Pada wawancara Rabu pekan lalu, anak bungsu Herlina, Bima Sakti, bercerita bahwa ibunya kerap sakit di usia yang sudah sepuh. Namun, karena fisiknya yang tidak seperti lansia kebanyakan, Herlina kerap menolak dibawa berobat ke rumah sakit. Akhirnya, Herlina terjatuh di dapur rumahnya. Kemudian diketahui bahwa kadar gula di tubuhnya sudah melampaui angka normal.
Sebutan pending emas didapatkannya sesuai dengan tanda jasa yang ia terima dari Presiden Soekarno karena telah menjadi sukarelawan dalam pertempuran membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda. Ia merupakan wanita pertama yang terjun ke hutan belantara Irian untuk berperang.
Herlina juga pernah berinisiatif membantu memulangkan 49 nelayan RI yang diadili dengan tuduhan melanggar batas wilayah negara Republik Palau di kepulauan Pasifik. Pendampingan hukum dan biaya pemulangan para nelayan itun dari Palau via Manila sampai ke Surabaya ditanggung Herlina.
Sebelum kepergiannya, jasa Herlina sebagai pejuang Tanah Irian (Herlina menolak sebutan Papua), tak dilupakan oleh pemerintah, khususnya TNI. Angkatan Darat membantu Herlina agar memperoleh perawatan intensif dan memadai sampai akhir hayatnya.
[ald]