Begitu diutarakan Wakil Ketua Komisi II DPRD Sumsel, Budiarto Marsul, seperti diberitakan
RMOLSumsel.com, Sabtu (13/8).
Menurut dia, saat ini Indonesia memiliki kompetitor baru dalam sektor pertanian khususnya karet. "Harga karet ini terjun lagi, sekarang tantangannya ada kompetitor dari Thailand dan Vietnam," terang Budi.
Selain kualitas yang lebih apik, dua negara tersebut mampu memproduksi karet dengan jumlah yang banyak. "Kemudian tenaga kerja biayanya rendah, sehingga biaya produksi rendah, dan mereka bisa jual harga rendah ke negara lain," kata Budi.
Kondisi tersebut membuat karet asal Sumsel tak lagi dilirik negara pengimpor karet. Untuk itu, Budi menyarankan pemerintah mencari terobosan baru. Dicontohkannya membuat pabrik ban dan sarung tangan. "Intinya karet kita harus diolah jadi produk turunan," imbuhnya.
Dilanjutkanya, pemerintah juga harus mengkaji mengapa minim investor yang mau mengembangkan karet asal Sumsel ini. Padahal kata dia, Provinsi Sumsel merupakan Provinsi terbesar penghasil karet di dunia.
"Sekarang harga karet sekitar Rp 5000 perkilogram, sulit menembus harga Rp 20 ribu perkilo seperti dulu kalau tidak mencegah kompetitor dari negara lain," tukas politisi Gerindra ini.
[sam]
BERITA TERKAIT: