Kabar ada partai pendukung Ahok yang akan mbelot itu pertama kali dilontarkan Plt Ketua DPD PDIP DKI Jakarta, Bambang DH. Menurut dia, Ahok belum tentu bisa mencalonkan diri di Pilgub DKI. Pasalnya, bisa saja tiga parpol pendukung Ahok: Golkar, Nasdem dan Hanura berubah pikiran. Apalagi sampai sekarang belum ada kepastian dari tiga parpol tersebut.
Jika ada parpol yang membelot, lanjut Bambang, artinya kursi minimal untuk ikut Pilgub DKI buat Ahok tidak lagi cukup. Sementara pendaftaran maju lewat jalur perseorangan sudah ditutup. "Kalau satu partai ikut kami, bagaimana? Untuk DKI Jakarta ini kan butuh 22 kursi," kata Bambang, di Jakarta, Senin lalu.
Menanggapi kabar itu, Ahok mengaku kemungkinan ke arah itu ada. Jika itu terjadi, itu artinya peluangnya maju di Pilgub habis sudah. "Langsung turun tuh tensi ketegangan Pilkada DKI. Panasnya jadi adem. Langsung adem tuh," ucap Ahok menjawab pertanyaan wartawan.
Meski demikian Ahok yakin jika partai pendukungnya tidak akan membelot. Menurut dia, komitmen tiga partai itu sudah kuat untuk bersama memenangkan Pilgub DKI.
Bagaimana tanggapan Golkar-Nasdem-Hanura? Tiga parpol yang mendukung Ahok itu kompak menepis kabar tersebut. Mereka bilang keputusan mereka mendukung sudah lewat perhitungan yang matang. Nggak mungkin tiba-tiba berputar haluan di tengah jalan. Jika itu dilakukan maka siap-siap saja akan kalah di pemilu 2019. "Rakyat sekarang sudah cerdas dalam menilai partai yang memiliki komitmen," kata Dadang, Ketua DPP Hanura, di Jakarta, kemarin.
Sementara Sekjen Golkar Idrus Marham bilang, dukungan Beringin terhadap Ahok sudah melalui proses panjang. Dukungan partainya terhadap Ahok adalah satu kesatuan, pencerminan partai dan rakyat, yang diwakili Teman Ahok. Dia menamainya sebagai koalisi kepartaian dan kerakyatan.
Ketua DPP Partai Nasdem Irma Suryani Chaniago juga menegaskan partainya tak akan membelot. Ia justru balik menyindir bahwa partai Koalisi Kekeluargaan-lah yang akan bermanuver mendukung Ahok. Koalisi tersebut dianggap belum solid karena belum jelas calon yang akan diusung. "Semua masih bisa berubah, begitu juga koalisi besar di seberang," kata Irma.
Kemarin, Sekjen PDIP Hasto Krisyanto menyatakan, kecil kemungkinan partainya mendukung Ahok di Pilgub nanti. Awalnya, Hasto mengakui, PDIP punya tiga skenario dalam penentuan nama yang akan diusung. Pertama akan mengusung calon petahana, kedua lewat penjaringan, sedang yang ketiga merupakan hak prerogarif dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri.
Namun skenario pertama hampir tak mungkin dipilih. Alasannya, Banteng menilai sebagai Gubernur, Ahok tidak disiplin dalam berbicara, terlalu arogan bahkan terlalu percaya diri.
Sementara, dukungan agar Tri Rismaharani maju sebagai cagub DKI makin menguat. Nggak tanggung-tanggung, Ketum PAN yang juga Ketua MPR Zulkifli Hasan sudah meminta kesediaan Walikota Surabaya itu bertarung berebut kursi Jakarta 1. "Pak Ahok kan sudah ada partai pendukungnya. Untuk itu kita akan membuat alternatif pilihan kepada rakyat," jelas Zulkfili di gedung DPR, kemarin.
Untuk mewujudkan hal ini, kata Zulkifli, pihaknya sudah berkomunikasi dengan Risma, juga dengan PDIP sebagai partai yang menaungi Walikota Surabaya itu. "Sudah lama (PAN komunikasikan Risma ke PDIP). Saya sudah sampaikan ke Mbak Mega mungkin tiga bulan lalu," kata Zulkifi.
Lantas apa kata Mega? "Dia (Mega) bilang 'Di PDIP itu tentu ada mekanisme, biasanya PDIP itu apalagi pilkada (umumkan calon) pada detik-detik akhir'," katanya.
Senada, PPP juga ingin Risma maju melawan Ahok. Sekjen PPP Arsul Sani yakin, Koalisi Kekeluargaan akan menyetujui nama Risma sebagai jago mereka di Pilgub DKI. "Saya yakin tujuh partai sepakat kalau calonnya Risma," jelas Arsul.
Terpisah, pengamat politik Karyono Wibowo menilai, bisa saja partai pendukung Ahok membelot di tengah jalan. Apalagi saat ini Ahok belum resmi terdaftar sebagai calon gubernur. Jika ini terjadi, dia menduga ada skenario menyingkirkan Ahok di gelaran Pilgub DKI.
"Cara mengalahkan Ahok itu bisa lewat pertarungan di Pilgub, bisa saja di luar. Caranya menyingkirkan Ahok dari pertarungan. Jika ini terjadi memang sudah ada skenario dari jauh hari untuk menyingkirkan Ahok," kata Karyono, kepada
Rakyat Merdeka, tadi malam.
Dia bilang, memang akan ada konsekuensi kepada partai pembelot tersebut. Selain kan dicap partai yang plin plan, kerugian terbesar adalah ditinggalkan konstituennya. Tapi, kata dia, parpol saat ini memang diragukan kekonsistenannya. Yang ada adalah pikiran pragmatis bagaimana memperoleh keuntungan jangka pendek. ***
BERITA TERKAIT: