Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama disarankan untuk lebih peka dan persuasif, serta mau mengevaluasi gaya komunikasi pemerintahannya. Begitu dikatakan bakal calon gubernur DKI Jakarta, Teguh Santosa, saat dimintai pendapatnya terkait penolakan RT/RW menggunakan Qlue.
"Saya rasa penolakan itu karena pihak RT dan RW merasa diperlakukan sewenang-wenang dan hilang kepercayaan pada Gubernur Ahok," ujar Teguh saat menghadiri peringatan hari lahir Bung Karno di Universitas Bung Karno, Jalan Kimia, Jakarta, Selasa malam (7/6).
Menurut Teguh, pemanfaatan teknologi dan aplikasi seperti Qlue sudah menjadi semacam kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas pelayanan publik. Dia juga mengatakan, aplikasi semacam Qlue membantu partisipasi publik dalam pembangunan.
"Kalau Pemprov menggunakan gaya komunikasi yang santun saya rasa RT dan RW bisa diajak bekerja sama," ujar wakil rektor Universitas Bung Karno yang juga wartawan senior tersebut.
Seperti diketahui, Ahok menyatakan laporan melalui Qlue dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban ketua RT/RW atas insentif yang diterima setiap bulan sebesar Rp 900 ribu untuk RT dan Rp 1,2 juta untuk RW.
[wid]