Informasi itu didapatkan wartawan pendaki
Kantor Berita Politik RMOL, Widya Victoria, dari petugas pos pengamatan Gunung Kerinci, Hendra, dan
guide dari basecamp Jejak Kerinci, Levi.
Pendaki diimbau untuk tidak mencapai puncak karena abu gunung yang memiliki ketinggian 3.805 meter itu sedang tebal.
"Padahal pagi tadi masih cerah," ujar Levi saat di pos III, Pondok Panorama di ketinggian 2.235 meter bersama Widya Victoria, Rabu pagi (25/5).
Selain Levi, Widya juga mendaki bersama pendaki lain, Rehan, dari basecamp sama.
"Kami sempat berpapasan dengan dua pendaki asal Jerman bersama dua
guide-nya di pos 3 yang telah berjalan lebih dahulu menuju shelter 1 di ketinggian 2.500 meter," kata Widya.
"Biasanya cuma asap belerang (keluar dari puncak Gunung Kerinci), mulai awal-awal Mei kemarin disertai abu vulkanik," sambung Levi.
Meski demikian, kata Levi, aktivitas bertani warga Kerinci tidak terganggu. Mereka tetap bercocok tanam. Mayoritas penduduk lereng Kerinci merupakan transmigran dari Pulau Jawa yang sudah menetap turun temurun atau puluhan tahun. Keseharian bahasa mereka adalah Jawa.
"Kemungkinan saya sampai shelter 2. Jika cuaca memungkinkan bisa sampai shelter 3, karena tidak boleh sampai puncak," ungkap Widya.
Memang, aktivitas Gunung Kerici yang berada di provinsi Jambi dan Sumatera Barat itu cukup aktif sejak Maret lalu. Dua hari lalu, abu vulkanis tebal berwarna kehitaman sempat muncrat setinggi 400 meter.
Status terakhir aktivitas vulkanis Gunung Kerinci masih waspada atau level dua.
[ald]
BERITA TERKAIT: