Direktur Eksekutif Pusat Analisis dan Kajian Publik (PUSTAKA Institute), Rahmat Sholeh menilai Sandiga kini tengah dilanda frustasi guna mengangkat elektabilitasnya. Tak heran, guna memuluskan ambisnya mendapat tiket dari Gerindra, belakangan dia kerap membawa nama Prabowo untuk meraih simpati publik.
"Saya kira ini bagian dari strategi tim Sandiaga Uno, setelah dengan cara pencitraan tak terlalu membuahkan hasil, sekarang dia "menjual" nama Prabowo Subianto untuk meningkatkan elektabilitas," kata Rahmat, Jumat (6/5), seperti dilansir dari
RMOLJakarta.Com.
Menurut Rahmat, Prabowo memang masih memiliki nilai jual di masyarakat, termasuk di Ibukota. Terlebih, pasca Pilpres 2014 lalu, sudah terbentuk dukungan yang masif untuk mantan Danjen Kopassus itu di masyarakat.
Rahmat menambahkan, kerja keras Sandiaga selama beberapa bulan terakhir untuk meraih simpati publik memang belum menampakan hasil signifikan. Terlebih, ketika kasus panama papers yang menyeret nanya. Kemudian, dengan sikap politiknya yang mendaftar di berbagai partai guna mendapatkan dukungan, dianggap sebagian masyarakat sebagai calon pemimpin yang mencla-mencle.
"Padahal dulu dia nyatakan konsisten tak akan mendaftar ke partai lain, dan siap menerima konsekuensi bila tak dipilih Gerindra. Eh, Sandiaga malah daftar ke partai lain. Ini mengakibatkan adanya opini Sandiga omongannya tak bisa dipegang," kata dia.
Rahmat menyarankan, sebaiknya Sandiaga fokus mensosialisasikan dirinya dengan apa adanya. Tanpa mengunakan jurus pencitraan atau 'menjual' nama Prabowo.
"Sebenarnya Sandiga Uno sudah punya modal. Dia mapan, santun dan dipersepsikan cerdas di masyarakat. ‎Ini saja yang digarap. Jangan sampai terkesan di masyarakat Sandiaga Uno berlindung di balik Prabowo untuk mendapat tiket jadi Cagub Gerindra," tukas dia.
[rus]
BERITA TERKAIT: