Dengan cara ini pemilik pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan, tapi juga meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu.
Ya, kenaikan gas elpiji terhadap pemilik pabrik tahu rumahan di Kampung Nagrog, Idihiang, Kota Tasikmalaya, tidak begitu berpengaruh. Pasalnya selama 10 tahun mereka memanfaatkan limbah ampas tahu jadi biogas.
Api yang dihasilkan dari biogas ampas tahu ini sama dengan gas elpiji 3 Kg dan bisa digunakan untuk memasak serta memproduksi pembuatan tahu.
Seperti yang dilakukan Ade Suryadi. Dengan biaya murah, di belakang rumahnya dibangun semacam sumur sedalam lima meter dan bangunan tertutup rata dengan tanah, berkedalaman dua meter.
Menurut Ade, instalasi ini untuk mengolah air limbah secara sederhana. Di samping sumur terdapat pipa penyalur gas yang dihasilkan dari limbah tahu.
Sebenarnya keluhan warga sekitar bukan tidak muncul terhadap limbah tahu yang dibuang begitu saja. Namun karena sebagian besar warga mendirikan usaha pembuatan tahu, kondisi itu seperti dimaklumi.
Ampas tahu digunakan biogas sudah digunakan Ade Suryadi dengan tiga tetangganya selama sepuluh tahun. Uniknya mereka justru tidak mengenal gas elpiji 3 kilogram atau gas elpiji 12 kilogram.
[zul]
BERITA TERKAIT: