Hal itu terlihat dari isi pidato pelantikan yang disampaikannya sekitar tujuh menit di Gedung Parlemen pagi tadi.
"Jokowi menyebut kata bekerja sekitar 16 kali, bekerja keras 6 kali, juga secara khusus menyebut negara maritim dan sebagainya sekitar 15 kali," kata pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia Effendi Ghazali dalam sebuah wawancara di televisi beberapa saat lalu.
Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa Jokowi bukan figur pemimpin yang dapat berorasi secara sistematis.
"Jokowi merupakan sosok presiden yang memilih berkata "ayo bekerja" utamanya jangan memunggungi laut. Karena selama ini kita terlalu fokus pada daratan," sambungnya.
Hal itu berbeda dengan presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kata Effendi, SBY dalam pidato pelantikannya tahun 2004 lalu cenderung lebih panjang. Pada saat itu SBY menekankan bahwa dirinya bukan hanya presiden bagi Republik Indonesia tapi juga bagi seluruh warga negara Indonesia.
"Hal itu menunjukkan bahwa ia adalah presiden bagi masyarakat yang memilih ataupun tidak memilihnya," ujar Effendi.
"Sedangkan Jokowi bukan sosok yang dapat berorasi seperti itu," tandasnya.
[mel]