Ribuan penduduk yang terdampak langsung mengungsi ke kota/kabupaten yang aman. Aktivitas terhenti dan mobilitas penerbangan terganggu. Sekolah-sekolah pun diliburkan karena alasan kesehatan siswa.
Kondisi pilu ini mendorong sejumlah organisasi mahasiwa ekstra kampus yang tergabung dalam Perempuan Cipayung plus melakukan penggalangan dana. Gerakan 'Solidaritas Rp 1.000 untuk Gunung Kelud' itu berlangsung di kawasan Monas, Jakarta Pusat pada hari ini (Minggu, 16/2).
"Hasil penggalangan dana ini akan digunakan untuk pembelian masker dan kebutuhan-kebutuhan untuk perempuan dan anak," jelas Ketua Umum Korps HMI-wati (Kohati) PB HMI, Endah Cahya Immawati melalui keterangan tertulisnya di Jakarta.
Menurut Endah, jumlah masker pada H +1 erupsi Kelud sudah mulai langka. Pada hari-hari ke depan masker masih akan sangat dibutuhkan sehingga stoknya harus ditambah. Selain itu juga kebutuhan-kebutuhan perempuan seperti pembalut, susu formula, pakaian dalam, dan pakaian anak-anak.
Lebih lanjut ia menerangkan, dibandingkan laki-laki, perempuan membutuhkan wilayah privasi yang lebih ketat dalam kondisi bencana. Untuk mandi, ganti baju, dan tidur, perempuan membutuhkan ruang privat. Kebutuhan itu sulit terpenuhi di tempat-tempat pengungsian.
Selain itu pula, papar Endah, kondisi budaya yang masih cenderung patriarki seperti Indonesia, perempuan memiliki tanggung jawab lebih besar terhadap anak-anak. Tanggung jawab itu bertambah besar ketika dalam kondisi bencana karena anak-anak sendiri rentan mengalami tekanan. Dengan demikian, ibu-ibu harus menanggung dua tekanan, tekanan pada dirinya sendiri dan pada anak-anak.
Bidang Pemberdayaan Perempuan Cipayung ini terdiri dari KOHATI PB HMI, KOPRI PB PMII,Sarinah GMNI,PP PMKRI,PP GMKI dan PP IMM-Wati.
[wid]
BERITA TERKAIT: