"Warga mulai pertengahan Agustus lalu sudah menggunakan air di sumur umum yang berada di lembah. Sedangkan di perkampungan Munggangpule, sumur warga sudah mengering," kata Sohibun warga Munggangpule, Desa Cinangsi, Sabtu (31/8).
Menurut dia, air di sumur warga sebagian besar hanya cukup untuk keperluan minum dan masak. Sedangkan keperluan lainnya seperti mencuci harus dilakukan di sumur umum. Jarak antara perkampungan dengan sumur umum ini sekitar 100 meter dari perumahan terdekat dan 400 meter dari rumah terjauh.
"Kasihan yang rumahnya jauh. Soalnya jalannya menanjak," jelasnya.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanganan Bencana Daerah (Lakhar BPBD) Cilacap, Wasi Aryadi menyatakan beberapa desa sudah mengajukan bantuan air bersih. Terutama di daerah rawan, seperti Kecamatan Gandrungmangu, Kwunganten, Patimuan, dan Kedungreja.
Namun dipastikan krisis air bersih tahun ini tidak akan separah tahun lalu yang melanda lebih dari dari 70 desa. Sebab beberapa Kecamatan rawan krisis air bersih sudah terjangkau Perusahaan Air Minum (PDAM) Cilacap.
"Desa-desa yang tahun-tahun sebelumnya selalu krisis air bersih sudah terjangkau PDAM sehingga tahun ini krisis berkurang," jelas Wasi.
Kendati demikian, BPBD tetap menyiagakan tangki air bersih, sehingga jika sewaktu-waktu ada permintaan air bersih bisa segera mengirimnya.
"Ada beberapa desa di Kecamatan Patimuan yang sudah mengajukan bantuan air bersih," ujarnya.
[ian]
BERITA TERKAIT: