"Celakanya lagi bentrok antar warga itu justru cepat meluas dengan menggunakan berbagai senjata rakitan," kata Idrus dalam seminar akhir tahun tentang 'Membangun Harmoni untuk Kota Palu Damai' di Palu, Minggu (30/12).
Senjata rakitan yang sering digunakan saat bentrok antarwarga adalah dum-dum, yaitu senjata rakitan yang berupa pipa besi sepanjang 60 cm hingga satu meter yang dibentuk mirip senjata laras panjang atau meriam yang dililit ban dalam. Jarak tembak senjata itu mencapai 20 meter dengan arah tembakan ke depan yang tidak beraturan.
Yusuf mengaku tidak mengetahui bagaimana warga membuat dum-dum yang sebenarnya bukan berasal masyarakat lokal.
"Apakah cara pembuatan dum-dum diajarkan oleh pihak tertentu, atau belajar dari orang luar,"ujarnya.
Sebagai aktivis pemuda, Yusuf merasa prihatin atas terganggunya kondisi keamanan di Kota Palu akibat sering terjadi bentrok antar warga.
Bentrok di Kota Palu sendiri tercatat sebanyak 15 kali sepanjang 2012 dan sering terjadi di lokasi yang sama. Sedangkan Kabupaten Sigi yang berbatasan langsung dengan Kota Palu dilanda bentrok serupa sekitar 20 kali.
Sementara Pengurus Pusat Penelitian Perdamaian dan Pengelolaan Konflik (P4K) Universitas Tadulako Palu Muhammad Marzuki mengatakan, rekonsiliasi yang dibangun oleh berbagai pihak di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah cenderung instan sehingga tidak berhasil menyelesaikan konflik secara komprehensif.
"Akibatnya, hari ini berdamai, besok bentrok lagi dan begitu seterusnya," katanya di hadapan seratusan peserta seminar yang berasal dari daerah yang sering bentrok di Palu.
[ant/ian]
BERITA TERKAIT: