Menurut pengamatan Rakyat Merdeka, di beberapa titik di Jakarta, para “kupu-kupu malam†ini dengan leluasa berjejer di pinggir jalan menunggu pelangÂgan. Di antara seperti di kawasan JaÂtinegara, Jakarta Timur, perÂsisnya dari kawasan Stasiun Kereta Jatinegara hingga depan LP Cipinang.
Sedangkan di Jakarta Barat, biasanya ada di sepanjang Jalan Daan Mogot. Di Jakarta Utara, mereka ada di TerÂminal Tanjung Priok, Pintu 8 Jalan Enggano, Plumpang, Koja dan Cilincing. Di Jakarta Selatan, biasaÂnya di kawasan Blok M dan Mahakam.
Menurut Dwi, menjamurnya prostitusi jalanan seperti ini meÂrupakan dampak proses pemÂbiaran yang terus berlanjut. KonÂdisi ini, lanjutnya, menunjukkan paÂrahnya kemerosotan moral.
Jika terus berlanjut, dia mengÂÂkhaÂÂwaÂtirkan akan semakin baÂnyak jumÂlah perempuan yang terÂjeÂrumus. Termasuk anak-anak usia remaja. “Pemerintah seÂperÂtinya lamÂban merespons keÂadaÂan,†katanya.
Menanggapi seringnya pekerja seks komersial (PSK) yang sudah terjaring razia ini ke jalanan, meÂnurutnya, biasanya ini karena alasan ekonomi. Dwi menilai, selama ini pemberdayaan PSK beÂlum berjalan dengan baik, maÂlah cenderung jalan di tempat.
“UKM dan bisnis lain yang berkaitan dengan pemberdayaan PSK, tidak ada yang mengelola lagi. Seakan dibiarkan begitu saja,†ungkapnya.
Karena itu, Dwi berharap, keÂadaan ini tidak terus berlarut-laÂrut. Pemberdayaan agar peremÂpuan malam ini bisa beralih keÂpada kegiatan positif, mesti terus didorong kemÂbali.
Dia mengaskan, PemÂprov DKI harus segera bergerak cepat meÂngantisipasi masalah sosial klasik ini. “Jangan sampai program yang tak berjalan ini gagal total. Kinerja selama ini, sebaiknya segera dievaluasi,†katanya.
Ditanya apakah akan ada Peraturan Daerah (Perda) baru yang lebih tegas mengenai upaya pemberantasan penyakit maÂsyaÂraÂkat ini, Dwi menyatakan beÂlum. Menurutnya, Perda yang ada mesti dilaksanakan seÂbaik-baiknya.
“Kami belum berpikir memÂbuat Perda baru. Yang pasti, jika semua elemen pemerintah beÂkerja dengan baik, saya yakin semua akan teratasi,†ujarnya.
Seperti diketahui, menjamurÂnya praktik prostitusi, salah satuÂnya berakibat tingginya tingkat penÂderita HIV/AIDS (Human ImmunoÂdeficiency Virus/AcquiÂred ImmunodeÂfiÂciency Syndrome).
Menurut Sekretaris JenÂderal Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) DKI JaÂkarta Rohana Manggala, sejak JaÂnuari-Juni 2011, penderita HIV/AIDS di Jakarta sebanyak 1.184 orang. Angka ini memÂpoÂsisikan Jakarta di urutan pertama yang terbanyak penderita HIV/AIDS-nya, disusul Papua dan Jawa Barat. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: