Organisasi nirlaba itu, seperti dikutip dari
Kantor Berita RMOLJateng, Jumat (10/5), gencar membangun kesadaran, bahwa ada penyakit genetik yang membuat penyandangnya harus transfusi darah seumur hidup.
"Pencegahan Thalassemia dapat dilakukan dengan menghindari perkawinan sesama pembawa sifat. Screening darah sebelum pernikahan merupakan kunci memutus mata rantai penyakit itu," kata Ketua Popti Batang, Netty Wijayanti.
Bertepatan Hari Thalassemia Sedunia pada 8 Mei lalu, Popti melakukan berbagai kegiatan, seperti sosialisasi melalui dialog interaktif di Radio Abirawa FM pada 8 Mei 2024. Kemudian kampanye pencegahan di car free day, Alun-Alun Batang, 19 Mei mendatang.
Menurut Netty, Popti mengajak para penyandang Thalassemia tetap memiliki semangat hidup. Popti Batang berkomitmen mendampingi 40 penyandang Thalassemia yang saat ini terdata di Kabupaten Batang.
"Kami terus berusaha menciptakan suasana nyaman bagi mereka, terutama saat menerima transfusi darah," ungkapnya.
Dia juga mengusulkan pada RSUD Kalisari Batang agar memberikan pelayanan one day care, yaitu perawatan dalam jangka waktu pendek selama 1 hari atau 24 jam.
"Kami telah berhasil mendekatkan layanan transfusi darah one day care di RSUD Kalisari Batang, mengurangi beban bagi penyandang," katanya.
Sementara itu dokter spesialis anak, Tan Evi Susanti, menambahkan, Pemkab Batang berkomitmen penuh mendukung inisiatif Zero Thalassemia melalui sosialisasi intensif.
Ia juga mengingatkan, Thalassemia merupakan penyakit bawaan, namun tidak menular, dan pencegahannya dimulai dengan keputusan bijak dalam pernikahan.
"Thalassemia terbagi dalam dua jenis, Thalassemia Mayor, yang membutuhkan transfusi darah seumur hidup, dan Thalassemia Minor, yang merupakan pembawa sifat tanpa memerlukan transfusi," jelasnya.
BERITA TERKAIT: