Berdasarkan data yang dicatat
Worldometers per Selasa (10/8), Indonesia menempati urutan pertama dengan jumlah kasus kematian harian hingga 2.048 kasus.
Angka
itu melebihi tambahan kasus kematian Covid-19 yang ada di Rusia
sebanyak 792 kasus, dan juga Iran yang tercatat bertambah sebanyak 508
kasus.
Jika dibanding Amerika Serikat, India dan Brazil, Indonesia jauh tertinggal dalam menekan
case fatality rate (CFR) Covid-19. Karena, ketiga negara tersebut sama sekali tidak memiliki kasus kematian pada hari ini.
Adapun
untuk tetangga dekat seperti Malaysia, kasus kematian yang tercatat
hari ini jauh di bawah Indonesia yaitu sebanyak 201 kasus. Termasuk jika
dibandingkan dengan Thailand yang bertambah 235 kasus kematian dan
bahkan Australia yang bertambah 3 kasus kematian.
Dari segi
persentase angka kematian dibanding jumlah total kasus positif,
Indonesia masih di atas dunia. Yakni, total kematian di dalam negeri
sudah mencapai 110.619 kasus atau 3 persen dari total kasus positif yang
sebanyak 3.718.821 kasus.
Sementara, persentase kematian
Covid-19 secara global lebih rendah dari Indonesia, yakni sebanyak
4.320.329 kasus atau sebesar 2,1 persen dari total kasus positif yang
sebanyak 204.311.266 kasus.
Sejak pertengahan Juni 2021 atau
tepatnya sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
Darurat Covid-19 baru diberlakukan beberapa hari, angka kematian
Covid-19 harian sudah mencapai lebih dari 1.000 kasus.
Secara rata-rata dalam dua bulan terakhir, angka kematian Covid-19 di Indonesia berada di kisaran 1.000-1.500 kasus per hari.
Namun
anehnya, baru-baru ini pemerintah melalui Koordinator PPKM Jawa-Bali,
Luhut Binsar Pandjaitan, mengumumkan rencana untuk tidak menjadikan
angka kematian sebagai indikator penilaian dalam menetapkan level PPKM
pada satu wilayah yang terdampak Covid-19.
Padahal menurut WHO,
case fatality rate
(CFR) adalah perkiraan proporsi jumlah kematian dari total orang yang
sudah terkonfirmasi positif, karena terkena penyakit virus Corona
melalui hasil tes.
Selain itu, pada kasus Covid-19 tersebut CFR
dipengaruhi oleh ketersediaan atau akses masyarakat terhadap tes, dan
kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan pemeriksaan.
Hal
inilah yang kini menjadi polemik di masyarakat terhadap rencana
pemerintah dalam hal menetapkan indikator penanganan Covid-19.
BERITA TERKAIT: