Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, kondisi genting ini sebenarnya sudah diantisipasi dengan membunyikan alarm tanda bahaya sejak 13 Juni 2021 lalu saat apel siaga Patroli Skala Besar Gabungan di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan.
"Seandainya kita tidak segera merespons alarm itu, mungkin DKI Jakarta hari ini sudah kolaps," kata Anies diberitakan
Kantor Berita RMOLJakarta, Kamis (24/6).
Anies menegaskan, saat ini jumlah kasus aktif di DKI Jakarta sudah melampaui kasus aktif pada bulan Januari 2021. Per hari ini, pasien yang masih dirawat mencapai 40.637 orang.
"Ibukota saat ini dalam kondisi yang memerlukan perhatian ekstra," tegas Anies.
Anies menegaskan, pihaknya sedang bekerja keras menambah ketersediaan tempat tidur baik untuk isolasi maupun ICU. Pemprov, kata dia, telah menambah rumah sakit rujukan dari 106 RS di awal Juni menjadi 140 RS saat ini.
Dari 104 RS tersebut, jumlah tempat tidur yang semula 6.694 buah kini menjadi 8.524 buah.
Namun demikian, Anies menyebut penambahan berapa pun tidak akan cukup. Setiap kali tempat tidur ditambah, pasien juga akan ikut bertambah yang membuat keterisian berada di angka 90 persen.
"Dengan adanya varian baru virus corona, laju penularan jauh lebih cepat dari peningkatan kapasitas fasilitas kesehatan," tandasnya.
Untuk itu, Anies meminta kerja sama dari seluruh elemen masyarakat untuk mengurangi lonjakan kasus. Jika pemerintah gencar melakukan
testing, tracing dan
treatment serta menyediakan tempat tidur, maka masyarakat diminta disiplin protokol kesehatan.
BERITA TERKAIT: