Kesemutan & Mati Rasa Bisa Jadi Indikasi Gangguan Saraf

Jumat, 12 April 2013, 08:20 WIB
Kesemutan & Mati Rasa Bisa Jadi Indikasi Gangguan Saraf
ilustrasi/ist
rmol news logo Kerap kesemutan, kram hingga mati rasa di sekitar tangan, kaki maupun di tubuh lainnya, gejala seperti itu jangan dianggap sepele. Hal ini menjadi salah satu indikasi adanya gangguan urat saraf tepi atau neuropati.

Neuropati atau gangguan saraf tepi merupakan suatu kon­disi yang mempengaruhi sistem saraf. Serat-serat saraf bisa jadi rusak. Konsultan Neurologis dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, dr Manfaluthy Hakim mengemukakan, gang­guan urat saraf biasanya di­sebabkan akibat menurunnya fungsi saraf.

Bahkan, satu dari empat orang atau sekitar 26 persen orang yang berusia 40 tahun ke atas rentan mengalami neuropati. Orang yang terkena neuropati juga bisa disebabkan penyakit sistemik atau metabolik seperti diabetes, liver dan ginjal.

“Penyakit diabetes paling ba­nyak menjadi penyebab neu­ropati,” ungkap dr Luthy di acara workshop media bertajuk ‘Kon­sumsi Vitamin Neurotropik Sejak Dini Cegah Neuropati’ di Jakarta, Rabu (3/4).

Ketua Kelompok Studi Neu­rofisiologi dan Saraf Tepi Per­himpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Pusat ini mengatakan, neuropati sering kali tidak disadari sebagai pe­nyakit, melainkan komplikasi dari pe­nyakit lain.

Jika dibiarkan, kondisi neu­ropati dapat mengganggu mo­bilitas penderitanya. Bahkan apabila tidak diterapi benar bisa jadi kronis sehingga ber­potensi komplikasi.

“Posisi tubuh tertentu saat melakukan aktivitas dalam wak­tu lama bisa memicu kerusakan sistem saraf atau neuropati. Se­perti kebiasaan meletakan per­ge­langan tangan pada papan ketik sebagai salah satu kegiatan yang berisiko tinggi memicu neu­ropati,” ungkapnya.

Bahkan, kebiasaan sehari-hari seperti jongkok atau duduk ber­sila dalam waktu lama, katanya, juga bisa memicu neuropati.

Ge­jala tersebut selalu berulang-ulang dan terjadi spontan. Umum­­nya, diawali dengan kese­mutan (akibat peredaran darah ti­dak lancar) yang kemudian mem­pengaruhi sistem saraf.

Selain itu, diikuti rasa terbakar di tangan dan kaki. Bisa juga mengalami kram, kaku otot, kesemutan, kehilangan kon­trol kandung kencing, ke­le­ma­han anggota gerak, atau pe­nyu­sutan otot.

Menurut Luthy, jika sudah stadium lanjut bagian tubuh akan timbul rasa baal atau kebas alias mati rasa.

Sebenarnya, kata dia, Neu­ropati bisa dicegah dengan mela­ku­kan cek kondisi saraf dan ke­nali gejala neuropati. Selain itu, konsumsi vitamin neurotropik secara teratur, diet yang cukup dan gaya hidup sehat.

“Pencegahannya seharusnya dilakukan sedini mungkin, se­makin bertambah usia, fungsi saraf makin menurun, terutama usia 40 tahun. Hati-hati, jika neuropati tidak dideteksi sejak dini bisa mengakibatkan ke­lum­puhan,” warning dr Luthy.

Ketua Umum PERDOSSI Pu­sat Prof M Hasan Machfoed menambahkan, neuropati sering tidak disadari sebagai penyakit. Bahkan kerap dianggap sebagai gejala gangguan kesehatan umum. Padahal, gangguan saraf itu dapat dicegah.

Jika gangguan dibiarkan, da­pat terjadi kerusakan saraf lebih berat yang bisa mengganggu per­ge­rakan dan mobilitas penderita. Rasa nyeri yang muncul me­nim­bulkan ketidaknyamanan dan mengganggu psikologi.

“Neuropati merupakan kon­disi yang selama ini diabaikan ma­syarakat. Padahal, kondisi ini berpotensi menyerang siapa saja,” imbau Prof Hasan.

Agar sistem saraf bekerja baik, nutrisi yang membantu kese­hatan saraf, seperti makanan meng­andung vitamin B, harus dikon­sumsi cukup. Neuropati dapat ditangani lewat bantuan alat, nutrisi, obat, ataupun pem­be­dahan.

Konsumsi Dulu Vitamin Neurotropik

Selain memperbaiki gaya hi­dup yang lebih sehat dan seim­bang, konsumsilah vitamin neu­rotropik sejak dini. Vitamin neurotropik merupakan vitamin yang diperlukan untuk menjaga dan menormalkan fungsi saraf, yang bisa memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf dan mem­berikan asupan yang dibutuhkan agar saraf dapat bekerja baik.

Konsultan Neurologis dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, dr Manfaluthy Hakim mengatakan, fungsi saraf akan semakin menurun jika usia se­makin tua.

Saraf kita sangat tergantung pada suplai vitamin B yang memadai dan sangat sensitif terhadap ke­kurangan vitamin B. “Vitamin tersebut penting me­lindungi dan meregenerasi saraf. Untuk itu, sangat penting untuk mengkon­sumsi berbagai vitamin B yang berfungsi memelihara sistem saraf, seperti vitamin neurotropik,” katanya di Jakarta, Rabu (3/4).

Vitamin ini terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12 sehingga dapat membantu mencegah neuropati dan komplikasi pada pasien dia­be­tes. “Vitamin ini juga ter­libat da­lam metabolisme energi sel se­hingga dapat dipakai meng­atasi kelelahan dan membantu dalam ma­sa penyembuhan,” ujar dr Luthy.

Selain memenuhi asupan tubuh dengan vitamin neurotropik, masyarakat juga perlu melakukan pemeriksaan kondisi tubuh secara berkala agar dapat segera dita­ngani dan tidak jadi parah.

“Asupan vitamin B12 yang lebih banyak sangat dibutuhkan oleh tubuh karena vitamin B12 yang masuk ke tubuh hanya diserap kurang dari dua persen asupannya,” imbaunya.

Untuk upaya pencegahan lan­jutnya, perbaiki gaya hidup dengan cara upayakan gizi se­im­bang, olahraga teratur, istirahat cukup untuk regenerasi sel saraf. Apabila diperlukan, konsumsi vitamin neurotropik satu kali sehari sejak dini secara teratur.

“Kendalikan faktor risiko neu­ropati juga penting dilakukan. Jangan tunggu terjadi kerusakan saraf, karena kerusakan saraf membutuhkan perbaikan ber­ta­hun-tahun. Pencegahan dini ter­hadap neuropati sangat penting,” ungkap dr Luthy. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA