Jaksa Agung Dinilai Prestasinya Minimalis

2,5 Tahun Pemerintahan

Senin, 13 Maret 2017, 09:34 WIB
Jaksa Agung Dinilai Prestasinya Minimalis
HM Prasetyo/Net
rmol news logo Dua tahun setengah Kejaksaan Agung dipegang oleh HM Prasetyo. Jaksa Agung yang diang­kat dari kader Partai Nasional Demokrat (Nasdem) itu diang­gap minim kinerja dan prestasi dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Karena itu, Presiden Joko Widodo diingatkan agar segera melakukan evaluasi. Soalnya, secara umum kinerja penegakan hukum selama dua tahun lebih pemerintahan Jokowi-JK ini, pemerintah cenderung jadi bu­lan-bulanan karena banyaknya persoalan hukum di Kejaksaan yang mandeg dan bahkan hilang tanpa jejak.

Majelis Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Jakarta Sandi Ebenezer Situngkir men­gatakan, salah satu ukuran ke­berhasilan penegakan hukum yang bisa dilakukan adalah me­nelusuri berapa banyak perkara yang sudah putus dan inkhra­ct yang ditangani Kejaksaan Agung. Menurut dia, dua tahun terakhir cenderung hanya manu­ver petinggi kejaksaan saja yang menghiasi wacana penegakan hukum, tanpa hasil konkrit.

"Pemerintahan Jokowi-JK se­lama dua tahun terakhir cenderung jadi bulan-bulanan orang, karena banyaknya persoalan hukum yang tidak tuntas. Padahal sejak awal, pemerintahan ini men­gumandangkan akan tegas dan gencar menegakkan hukum dan memberantas korupsi," ingatnya.

Faktanya, lanjut Sandi, terseok-seok dan tidak ada yang membanggakan dari janji-janji itu. Salah satunya, melalui in­stitusi kejaksaan, hampir semua perkara redup penanganan­nya. Bisa dibilang Jaksa Agung sekarang tidak ada prestasi dan minim kinerja.

Dia mengatakan, dari pe­mantauan penangangan perkara yang dilakukannya di Kejaksaan Agung, banyak kasus yang jalan di tempat, namun malah terke­san mencari-cari penanganan perkara baru tanpa jelas penye­lesaiannya.

Sebut saja, terang Sandi, seperti penanganan kasus hu­kum terkait dugaan Papa Minta Saham yang di awal-awal mencu­atnya begitu gencar. Bahkan sese­orang yang disebut bernama Reza Chalid berada di balik permainan saham PT Freeport Indonesia itu entah dimana rimbanya. Politisi senior Setya Novanto yang kini duduk kembali sebagai Ketua DPR pun sudah tidak jelas proses hukumnya.

Kemudian, lanjut dia, sejumlah kasus yang berkenaan dengan Bank Mandiri, kasus PT Pertamina, kasus tanah Hotel Kempinski alias Hotel Indonesia, segudang kasus korupsi di daerah-daerah, seperti kasus korupsi pegadaan pesawat di Kabupaten Puncak Papua, yang mana pesawatnya pun sudah jatuh dan tidak bisa dipergunakan. Kasus ini sudah dua tahun lebih tidak jelas penanganannya di Kejaksaan Agung.

Sandi mengingatkan, su­dah begitu banyak kasus yang masuk ke kejaksaan agung, namun tidak jelas nasibnya kini. "Saban hari, kita hanya disuguhi jadwal-jadwal pemanggilan saksi, bisa hingga puluhan dan bahkan ratusan saksi dipanggil. Di masing-masing kasus itu, tanpa ada perkembangan yang berarti. Tersangkanya siapa pun tak jelas, apanya yang diusut pun tidak ketahuan. Padahal sudah berkali-kali para pejabatnya mengalami mutasilah, kenaikan pangkatlah, pindah tugaslah, tapi enggak tuntas kasus yang ditanganinya."

Selain atraksi seolah-olah bekerja membuat sprindik dan memanggil saksi, jaksa pun dinilai doyan hanya melakukan kegiatan-kegiatan seremonial belaka, seperti pelantikan-pelan­tikan, pembentukan tim ini tim itu, penandatanganan-penanda­tanganan MoU. Hasilnya, eng­gak jelas buat apa dan untuk apa. Tidak ada kinerja dan prestasi yang ditorehkan Jaksa Agung yang sekarang.

Karena itu, dia meminta kepada presiden agar segera men­gevaluasi, membongkar kinerja Kejaksaan Agung, mengganti orang-orang yang tidak kredibel lagi. "Termasuk mengganti Jaksa Agung," pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA