Sejak Senin (26/12) pukul 14.35 WIB, Dodi beserta ketiga anaknya; Diona Arika (16), Zanette Kalila (13), dan Dianita Gemma (9), empat pembantunya; Emi (41), Santi (22), Fitriani (23), dan Windy (23), dua sopirnya; Yanto dan Tasrok, dan Amel, teman Gemma, dimasukkan kelompok perampok pimpinan Ramlan Butarbutar ke dalam kamar mandi pembantu di lantai 1 di rumahnya sendiri, Jalan Pulomas Utara, nomor 7A, Jakarta Timur.
Pengakuan Erwin Situmorang, anak buah Ramlan yang berhasil diringkus polisi Rabu (28/12) lalu, kesebelas orang itu dimasukkan ke kamar mandi agar mereka leluasa menggasak barang korban tanpa diketahui.
Kebetulan, kamar mandi itu paling dekat dengan para korban yang sudah dikumpulkan. Sementara kamar-kamar lain berada di lantai 2. "Kata dia (Erwin), (tak di lantai dua karena) naik tangga. Kami akan perdalam lagi," ujar Kapolda.
Semua terpaksa menurut untuk masuk ke ruang sempit itu karena Ramlan cs mengancam akan menembak mereka. Para perampok memang bersenjatakan pistol dan golok.
Dari potongan gambar CCTV, Ramlan yang berkemeja merah muda dan bertopi terlihat mengacung-acungkan pistol pada 11 orang yang berkumpul. Dengan langkah pincang, dia mendekati kumpulan korban dan menggiring mereka masuk ke dalam.
Para pelaku ini terbilang sadis. Salah satu pelaku lain, yakni Yus Pane, tampak menyeret anak sulung Dodi, Diona, dari kamarnya. Dia juga memukul Diona dengan gagang pistolnya. Hingga berita ini ditulis, "orang nomor dua" setelah Ramlan ini masih buron. Namun korps baju coklat mengaku sudah mengetahui posisinya.
Setelah kesebelas orang itu masuk ke dalam ruangan 1,5x1,5 meter persegi itu, Ramlan menguncinya, merusak grendel atau pegangan pintu, dan membuang kuncinya. Dia juga mematikan
exhaust yang ada dalam toilet pembantu itu. Tanpa ventilasi, kesebelas orang itu kesulitan bernafas. Sementara pintu kamar mandi yang tebal sulit untuk didobrak.
Ketika oksigen semakin menipis, prakkk, Dodi mematahkan gagang pintu. "Tujuannya agar bisa menghirup oksigen dari luar," jelas Iriawan, mengutip keterangan pembantu Dodi yang selamat.
Sayang, usaha itu tak mampu menyelamatkan nyawanya. Dodi akhirnya tewas karena mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen. Pembuluh darahnya pecah. Darah mengalir dari hidungnya.
Selain Dodi, anak sulung dan anak bungsunya, Diona dan Gemma, serta kedua sopirnya, Yanto dan Tasrok, juga meregang nyawa karena sebab serupa. Kematian keenam orang itu ditengarai terjadi pada pukul 6 hingga 8 pagi.
Peristiwa ini baru terungkap pukul 09.25 WIB, saat Sheila Putri, teman Diona, menyambangi rumah itu. Pintu kamar mandi baru berhasil didobrak warga, sekuriti, dan petugas kepolisian pukul 10.10 WIB.
Lima korban masih bernafas, meski terengah-engah. Kelimanya adalah kedua Dodi, Zanetta, dan empat pembantunya.
Kapolda pun menyebut hidupnya kelima orang ini sebagai mukjizat. "Saya pikir ini mukjizat yang sisa lima orang tak meninggal. Itu cukup kecil sekali 18 jam disekap hanya enam yang meninggal," tutur Iriawan.
Zanette yang dikunjungi Iriawan di rumah sakit menuturkan, dia meminum air dari kloset untuk bertahan hidup. Perempuan tuna rungu itu menjadi saksi bisu bagaimana keluarga yang dikasihinya menghembuskan nafas terakhir. Sang kakak, Diona, sempat menggigit tangan Zanette karena tak kuat lagi bertahan hidup.
Karena itu, begitu polisi menangkap ketiga pelaku, yakni Ramlan, Erwin, dan Alfin B. Sinaga yang bertugas sebagai
driver, Zanette langsung memposting foto salah satu pelaku yang tertangkap di instagramnya yang diberikan tulisan, "Enak kan kalau sudah ditangkap, bisa langsung dihukum mati". Akankah suara hati Zanette akan dikabulkan majelis hakim? ***
BERITA TERKAIT: