Sidang Jessica Seperti Drama yang Menghibur Publik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 29 September 2016, 23:48 WIB
Sidang Jessica Seperti Drama yang Menghibur Publik
Jessica Kumala Wongso/Net
RMOL. Banyak drama-drama yang diperlihatkan terdakwa Jessica Kumala dalam kasus dugaan pembunuhan Wayan Mirna Salihin (27) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Rabu (28/9).

"Saya melihat sidang Jessica semalam seperti drama untuk menghibur publik, kalau disebut bohong kita menzolimi Jessica," kata Professional Hypnotherapist, Kirdi Putra‎ saat dikontak di Jakarta, Kamis (29/9).

Dia menjelaskan, jika diberikan waktu mengobservasi jalannya sidang Jessica, banyak sekali pola-pola kebetulan yang ditampilkan oleh Jessica dari awal persidangan sampai sekarang. ‎Menurut dia, tidak ada sebuah metode dan perangkat pun yang bisa 100 persen menentukan seseorang berbohong atau bersalah (lie detecting).

"Seperti halnya tidak ada pola bahasa tubuh tertentu yang kemudian bisa menjustifikasi seseorang bersalah atau tidak, jika hanya berdiri sendiri-sendiri," jelas Senior Consultant dan Researcher of Narapatih‎.

‎Kemudian, kata Kirdi, dari bahasa tubuh, cara bicara, ekspresi, semua dilihat dari keselarasan pola yang ditampilkan oleh seseorang yang bisa digunakan untuk observasi kebetulan-kebetulan dan ketidakselarasan antar pola-pola yang ada (termasuk content keterangan yang diberikan Jessica dihadapan pengadilan).

"Beberapa kebetulan itu misalnya, kebetulan Jessica yang memilih tempat di Cafe Olivier, kebetulan Jessica pesan minum dan langsung membayar duluan, kebetulan celana Jessica sobek dan dibuang, kebetulan tas-tas ditaruh di atas meja, kebetulan keluar dari group WA setelah Mirna meninggal, dan lainnya," jelas dia.

Kirdi menambahkan, ada pola-pola lain yang ditampilkan semasa penyidikan sampai persidangan, ekspresi yang ditampilkan Jessica relatif (terlihat) datar. Akan tetapi, di beberapa titik justru menampilkan adegan-adegan yang sifatnya emosional (kebetulan ditampilkan di televisi).

"Lalu penggunaan kacamata yang dipakai ketika memberikan keterangan (yang kebetulan hampir tidak pernah dipakai sebelum-belumnya), kemudian meneteskan air mata," katanya.

Kemudian, kebetulan-kebetulan yang ditampilkan Jessica memang bukan serta merta menentukan bahwa Jessica bersalah atau tidak bersalah, tapi tentu saja bisa menjadi salah satu petunjuk dalam proses penyidikan.

"Berbagai kebetulan yang berdiri sendiri-sendiri mungkin tidak ada artinya, karena semua orang mengalami kebetulan. Tapi kebetulan-kebetulan yang terkumpul sebagai satu kesatuan, tidak bisa tidak, membuat kita bertanya-tanya, bagaimana bisa sejumlah besar kebetulan terjadi dalam waktu yang bersamaan?" urainya.

Maka dari itu, Kirdi melihat sidang yang ditampilkan oleh Jessica ini memberikan pelajaran yang banyak dari segi hukum, dari pencitraan yang dilakukan, dari pembelajaran mengenai proses penyidikan dan peradilan, dan lain-lain.

"Mari kita melihat lebih dari sekedar apa yang terlihat sepotong, tapi pola yang disajikan dari awal kasus ini sampai sekarang. Kira-kira citra apa yang ingin ditampilkan Jessica? Innocent? Victim?," tandasnya. [sam]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA