Dikutip dari
Hollywood Reporter, Senin (1/4), penayangan film tersebut di Jepang mengusik kenangan buruk di mana pada 79 tahun lalu, dua kota di Jepang dihancurkan oleh senjata nuklir yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika.
Beragam reaksi ditunjukkan para penonton di Jepang, salah satunya Toshiyuki Mimaki, yang selamat dari pemboman Hiroshima ketika ia berusia 3 tahun.
Mimaki mengatakan bahwa ia terpesona oleh kisah J. Robert Oppenheimer, yang sering disebut sebagai “bapak bom atom” karena memimpin Proyek Manhattan.
“Apa yang dipikirkan Jepang, melakukan serangan terhadap Pearl Harbor, memulai perang yang tidak pernah mereka harapkan bisa dimenangkan,” katanya, dengan nada sedih saat wawancara telepon dengan
Associated Press.
Saat ini Mimaki menjadi ketua kelompok korban bom yang disebut Organisasi Penderita Bom A dan H Konfederasi Jepang.
“Sepanjang film, saya menunggu dan menantikan adegan pengeboman Hiroshima, tapi hal itu tidak pernah terjadi,” kata Mimaki.
Oppenheimer yang bintangi sekaligus disutradarai
Christopher Nolan memang tidak secara langsung menggambarkan apa yang terjadi di lapangan ketika bom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, yang menyebabkan sekitar 100.000 orang langsung menjadi abu, dan membunuh ribuan lainnya pada hari-hari berikutnya, sebagian besar warga sipil.
Film ini malah berfokus pada Oppenheimer sebagai pribadi dan konflik internalnya.
Perilisan film tersebut di Jepang, lebih dari delapan bulan setelah dibuka di AS, telah disaksikan dengan rasa gentar karena sensitivitas pokok bahasannya.
Mantan Walikota Hiroshima Takashi Hiraoka, yang berbicara pada acara pratinjau film tersebut di kota barat daya, lebih kritis terhadap apa yang dihilangkan.
“Dari sudut pandang Hiroshima, kengerian senjata nuklir tidak cukup digambarkan,” katanya seperti dikutip media Jepang.
“Film ini dibuat untuk memvalidasi kesimpulan bahwa bom atom digunakan untuk menyelamatkan nyawa orang Amerika," ujarnya.
Selain kritik, beberapa penonton bioskop juga memberikan pujian.
Seorang pria yang datang dari teater Tokyo pada hari Jumat mengatakan bahwa film tersebut sangat bagus, dan menekankan bahwa topik tersebut sangat menarik bagi orang Jepang, meskipun emosinya juga tidak menentu.
Yang lain mengatakan dia tersedak oleh adegan film yang menggambarkan gejolak batin Oppenheimer.
Kazuhiro Maeshima, profesor di Universitas Sophia, yang berspesialisasi dalam politik AS, menyebut film tersebut sebagai ekspresi “hati nurani Amerika.”
Maeshima mengatakan, mereka yang mengharapkan film anti-perang mungkin akan kecewa. Namun penceritaan kisah Oppenheimer dalam film laris Hollywood tidak terpikirkan beberapa dekade lalu, ketika pembenaran atas senjata nuklir mendominasi sentimen Amerika.
“Pekerjaan ini menunjukkan Amerika yang telah berubah secara dramatis,” katanya.
BERITA TERKAIT: