Akibatnya ratusan ribu warga Palestina terancam penyakit akibat air kotor dan limbah. Kondisi ini meningkatkan risiko penyebaran kolera, disentri, dan infeksi lain di tengah runtuhnya sistem kesehatan.
Kantor Media Pemerintah Gaza memperingatkan fenomena cuaca ekstrem ini dapat menyebabkan kerusakan luas. Badai juga membuat jalan-jalan terputus dan tenda pengungsi tersapu air.
"Kenyataan cuaca ini memperburuk bencana kemanusiaan akibat perang genosida dan pengepungan tidak adil yang dilakukan terhadap rakyat Palestina," kata Kantor Media Pemerintah setempat, dikutip Kamis 11 November 2025.
Wali Kota Gaza Yahya al-Sarraj mengatakan, pihaknya tidak memiliki peralatan memadai untuk menghadapi gelombang badai berikutnya.
"Kami mengandalkan peralatan yang disewa dari sektor swasta, yang sudah tua dan tidak cocok untuk menangani badai," ujar Yahya.
OCHA mencatat hampir 850.000 orang berada di wilayah berisiko banjir tertinggi pekan ini, sementara lebih dari 3.500 pengungsi terlihat berpindah lokasi sejak 7-8 Desember untuk menghindari serangan badai.
Organisasi kemanusiaan Save the Children kembali mendesak Israel membuka akses bagi tenda, tiang, selimut, dan barang musim dingin agar warga lebih terlindungi dari dampak Badai Byron.
BERITA TERKAIT: