Dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Senin, 20 Oktober 2025, Trump mengatakan bahwa pihaknya memberi Hamas “sedikit kesempatan” untuk mematuhi perjanjian damai yang disusun oleh pemerintah AS. Ia menegaskan bahwa jika Hamas melanggar kesepakatan, mereka akan menghadapi konsekuensi berat.
“Kami membuat kesepakatan agar Hamas berperilaku baik. Jika tidak, kami akan datang dan membasmi mereka,” tegas Trump seperti dikutip dari
RT Selasa, 21 Oktober 2025. Ia juga menambahkan bahwa AS siap bertindak cepat dan keras jika kekerasan terus berlanjut.
Pernyataan Trump muncul setelah gencatan senjata yang digagas pemerintahannya terancam runtuh. Awal Oktober lalu, Israel dan Hamas menandatangani perjanjian damai 20 poin yang mencakup penghentian serangan lintas batas serta pembukaan jalur bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Namun pada Minggu, situasi kembali memanas. Serangan bersenjata Palestina menewaskan dua tentara Israel, dibalas dengan serangan udara Israel yang menewaskan sedikitnya 28 warga Gaza. Meski kedua pihak kembali menyatakan komitmen terhadap gencatan senjata, ketegangan di lapangan belum mereda.
Selain bentrokan dengan Israel, Gaza juga dilanda kekacauan internal. Pertempuran antara Hamas dan kelompok bersenjata pesaing menewaskan sedikitnya 32 orang selama akhir pekan, memperburuk kondisi keamanan di wilayah yang sudah hancur akibat perang berkepanjangan.
Dalam rencana perdamaian yang disusun Trump, Hamas diwajibkan melucuti senjata dan menyerahkan kendali administratif Gaza kepada otoritas sementara. Sejak memenangkan pemilu Palestina tahun 2006 dan berseteru dengan Otoritas Palestina di Tepi Barat, Hamas tetap berkuasa di Gaza tanpa pemilu baru, sementara dukungan terhadap kelompok itu masih kuat di kalangan sebagian warga.
BERITA TERKAIT: