Ia menyebut kota itu hancur karena perang dan mengklaim fasilitas pemerintah seperti kantor Imigrasi (ICE) sedang diserang. Trump menyampaikan hal ini lewat media sosial dan mengatakan siap menggunakan kekuatan penuh jika perlu.
Gubernur Oregon, Tina Kotek, menolak keras rencana tersebut. Ia menyebut tidak ada ancaman keamanan serius di Portland dan mengatakan bahwa pemerintah lokal bisa mengurus keamanan sendiri.
“Tidak ada pemberontakan, tidak ada ancaman nasional. Kami tidak butuh campur tangan,” kata Kotek dalam konferensi pers, seperti dikutip dari
Associated Press, Minggu, 28 September 2025.
Wali Kota Portland, Keith Wilson, juga menegaskan bahwa kota mereka tidak membutuhkan pasukan militer.
“Ini bukan medan perang. Ini kota tempat orang tinggal dan bekerja,” ujarnya. Ia bersama para pejabat kota, polisi, dan pelaku usaha sepakat bahwa situasi di Portland tidak seburuk yang digambarkan Trump.
Warga kota juga merasa heran dengan keputusan Trump. Allen Schmertzler, 72 tahun, menyebut dirinya “muak” dengan keputusan itu.
“Ini hari cerah, saya lihat orang jogging dan santai di taman. Di mana daruratnya?” ujarnya.
Warga lain, John McNeur, 74 tahun, menyebut tindakan Trump konyol.
Sementara itu, pemerintah pusat belum menjelaskan kapan dan berapa banyak pasukan yang akan dikirim. Juru bicara militer hanya mengatakan mereka siap jika diminta. Namun Garda Nasional Oregon menyebut belum menerima permintaan resmi dari Gedung Putih.
Trump juga berencana mengirim pasukan ke kota lain seperti Chicago dan Memphis. Di Memphis, warga sudah mulai melakukan protes dan membawa spanduk yang meminta bantuan untuk pendidikan dan kesehatan, bukan tentara.
BERITA TERKAIT: