Isyarat itu datang langsung dari Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi tahunan di Wyoming, menyusul tekanan politik dari Presiden AS Donald Trump yang sejak lama mendesak penurunan suku bunga.
“Stabilitas tingkat pengangguran dan indikator pasar tenaga kerja lainnya memungkinkan kami untuk bertindak hati-hati sembari mempertimbangkan perubahan kebijakan kami,” ujar Powell, dikutip Reuters, Sabtu 23 Agustus 2025.
Meski begitu, Powell menegaskan The Fed masih membutuhkan penyesuaian kebijakan, terutama setelah Trump menerapkan tarif resiprokal terhadap lebih dari 70 negara, termasuk Indonesia.
“Dengan kebijakan yang masih terbatas, prospek dasar dan pergeseran keseimbangan risiko mungkin memerlukan penyesuaian kebijakan kami,” imbuhnya.
Sinyal dovish Powell langsung disambut pasar. Saham-saham di Wall Street menguat, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS turun dan Dolar melemah.
Para ekonom kini menilai probabilitas pemangkasan suku bunga seperempat poin persentase pada September naik menjadi sekitar 85 persen, dari 75 persen sebelumnya.
Bahkan, pasar juga memperkirakan peluang besar adanya pemangkasan kedua pada Desember.
Sejumlah ekonom pun telah merevisi proyeksi mereka dan memperkirakan penurunan hingga setengah poin persentase pada akhir tahun dari kisaran 4,25-4,50 persen saat ini.
“Ketua Powell bersikap lebih dovish dari yang diperkirakan. Dia telah menyiapkan langkah selanjutnya di bulan September,” kata Ketua Great Hill Capital LLC, Thomas Hayes.
Saat ini, suku bunga The Fed masih bertahan dan belum mengalami pemangkasan sejak terakhir kali dilakukan pada Desember 2024.
BERITA TERKAIT: