Letnan Elongo Kyondwa Marc, juru bicara militer Kongo di wilayah tersebut, mengatakan sebanyak 52 warga sipil tewas secara brutal ditangan para pemberontak yang bersenjatakan parang dan cangkul.
“Mereka datang, membangunkan warga, mengumpulkan mereka di satu tempat, mengikat dengan tali, lalu mulai membantai dengan parang dan cangkul,” ujar Macaire Sivikunula, kepala sektor Bapere di Lubero, seperti dimuat
Reuters, Selasa, 19 Agustus 2025.
Menurut Alain Kiwewe, pembantaian dilakukan sebagai aksi balas dendam ADF setelah mereka mengalami kekalahan dalam operasi militer.
Mirisnya seluruh korban merupakan sipil dan beberapa di antara mereka berasal dari kalangan rentan seperti anak-anak dan perempuan.
“Di antara korban terdapat anak-anak dan perempuan yang lehernya digorok di dalam rumah, sementara sejumlah rumah dibakar,” kata Kiwewe.
Misi Stabilisasi PBB di Kongo (MONUSCO) mengutuk keras serangan tersebut yang terjadi pada 9-16 Agustus.
“Serangan yang dilakukan ADF menewaskan sedikitnya 52 warga sipil, termasuk delapan perempuan dan dua anak. Jumlah korban kemungkinan bertambah karena pencarian masih berlangsung,” ujar juru bicara MONUSCO.
ADF adalah salah satu dari banyak kelompok milisi yang berebut lahan dan sumber daya di kawasan timur Kongo yang kaya mineral.
Tentara Kongo bersama sekutunya dari Uganda baru-baru ini meningkatkan operasi militer melawan kelompok itu.
Pada akhir Juli lalu, ADF juga tercatat membantai 38 orang dalam serangan terhadap sebuah gereja di Kongo timur, menambah panjang daftar aksi kekerasan kelompok tersebut.
BERITA TERKAIT: