Hamas menilai langkah tersebut bukan upaya kemanusiaan, melainkan strategi untuk menutupi serangan brutal yang terus dilancarkan Tel Aviv.
Mengutip Arab News pada Senin 18 Agustus 2025, Hamas mengatakan relokasi penduduk dari Kota Gaza merupakan gelombang baru genosida dan pengungsian bagi ratusan ribu penduduk di wilayah tersebut.
Kelompok perlawanan itu juga menyebut rencana pemindahan warga ke tenda sebagai “penipuan terang-terangan.”
Sebelumnya, Hamas juga mengecam habis-habisan serangan Israel yang menggunakan jet tempur, meriam, hingga robot peledak.
“Penghancuran sistematis di wilayah tersebut adalah bagian dari perang pemusnahan yang biadab dan rencana kriminal yang bertujuan menghapus Jalur Gaza dan seluruh kehidupan di dalamnya,” tegas Hamas.
Data terbaru pada Jumat 15 Agustus 2025 mencatat sekitar 62 ribu orang tewas akibat agresi Israel sejak 2023. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Sementara itu, jumlah warga yang terluka mencapai 155.275 orang.
Rencana relokasi diumumkan oleh Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Avichay Adraee. Israel beralasan kawasan yang kini dihuni warga Palestina akan dijadikan zona perang, sehingga penduduk harus dipindahkan ke selatan Gaza.
Menurut Adraee, pihaknya akan menyediakan tenda dan perlengkapan penampungan, yang akan diangkut melalui penyeberangan Kerem Shalom dengan bantuan PBB dan organisasi kemanusiaan internasional.
Namun, semua peralatan terlebih dahulu akan diperiksa oleh otoritas keamanan Israel.
BERITA TERKAIT: