Laporan
Middle East Eye menyebutkan bahwa Israel dengan cepat menghabiskan stok rudal balistik canggihnya, terutama setelah Iran melancarkan operasi balasan bertajuk True Promise III sejak 13 Juni lalu.
Mengutip seorang pejabat senior AS, laporan itu menggarisbawahi bahwa sistem pertahanan udara seperti Arrow, yang dikembangkan bersama oleh AS dan Israel untuk mencegat rudal jarak jauh, tidak hanya mahal, tetapi juga sulit diproduksi dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
“Jenis pencegat yang dibutuhkan untuk menembak jatuh rudal balistik mahal dan sulit diproduksi dalam jumlah besar,” ujar Dan Caldwell, mantan pejabat senior Pentagon, seperti dikutip pada Rabu, 18 Juni 2025.
Kondisi ini mengundang kekhawatiran tersendiri di pemerintahan AS, terutama jika situasi memaksa keterlibatan langsung militer Amerika dalam konflik.
Sumber-sumber di Departemen Pertahanan menyatakan bahwa pembalasan besar-besaran dari Iran dapat menipiskan cadangan pencegat global AS, yang akan berdampak strategis pada keamanan kawasan.
"Kami tidak tahu berapa banyak lagi yang bisa diluncurkan Iran. Saya pikir masalahnya lebih pada peluncur daripada rudal," kata Josh Paul, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS yang mundur sebagai bentuk protes terhadap dukungan AS dalam serangan Israel ke Gaza.
Sementara itu, laporan dari tiga pejabat Arab yang terlibat dalam upaya mediasi antara Washington dan Teheran menyebutkan bahwa potensi keterlibatan langsung militer AS kian besar.
Banyak analis bahkan menilai Washington kini telah menjadi de facto pihak yang ikut berperang.
Di medan pertempuran, militer AS disebut telah mengerahkan rudal SM-3 berbasis kapal untuk menembak jatuh rudal Iran dari Mediterania timur.
Namun, seorang pejabat pertahanan AS menegaskan bahwa meskipun rudal tersebut efektif, persediaannya tetap terbatas.
Krisis ini juga menyeret dinamika politik dalam negeri AS. Beberapa jam setelah mengeluarkan ancaman langsung terhadap Iran, Presiden Donald Trump dilaporkan menggelar pertemuan darurat dengan penasihat keamanan nasional di Ruang Situasi Gedung Putih.
Dalam unggahan media sosialnya usai pertemuan, Trump menulis pernyataan ambigu tentang kemungkinan pembunuhan terhadap Ayatollah Ali Khamenei dan mendesak Iran menyerah tanpa syarat.
“Kami tahu persis di mana yang disebut ‘Pemimpin Tertinggi’ bersembunyi. Kami tidak akan menghabisinya (membunuhnya!), setidaknya tidak untuk saat ini. Kesabaran kami menipis. Menyerah tanpa syarat," tulis Trump.
BERITA TERKAIT: