Paus Rajin Telepon Gereja Gaza Setiap Malam Sebelum Wafat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Selasa, 22 April 2025, 14:08 WIB
Paus Rajin Telepon Gereja Gaza Setiap Malam Sebelum Wafat
Foto Paus Fransiskus telepon Gereja Gaza/Net
rmol news logo Setiap malam selama perang yang menghancurkan Jalur Gaza, tepat pukul 8 malam, Paus Fransiskus rutin menyapa umat Katolik yang berkumpul dalam satu-satunya gereja Katolik di Gaza. 

Sejak konflik pecah pada 7 Oktober 2023, Gereja Keluarga Kudus menjadi tempat perlindungan bagi banyak warga Gaza. 

Di tengah deru bom dan ketidakpastian, Paus Fransiskus secara pribadi menelepon Pastor Gabriel Romanelli, hampir setiap malam.

“Ketika telepon berdering, orang-orang berseru, 'Paus! Viva Papa!' Anak-anak akan berlari, semua ingin mendengar suaranya,” ujar Romanelli dalam wawancara dengan CBC News pada Selasa, 22 April 2025.

“Biasanya, pukul delapan malam adalah waktunya untuk ‘Santo Padre’," ungkapnya lagi. 

Paus Fransiskus, yang wafat pada usia 88 tahun pada Senin lalu, 21 April 2025 dikenal karena kerendahan hati dan keberaniannya menyuarakan perdamaian. 

Hingga dua hari sebelum kematiannya, ia tetap setia menghubungi gereja tersebut, menanyakan kondisi jemaat, keadaan makanan, dan memberikan berkat dalam bahasa Spanyol dan sesekali Arab.

“Dia berkata kepada kami. Terima kasih, shukran atas pelayanan dan doa-doa Anda," kenang Romanelli tentang panggilan terakhir sang Paus pada hari Sabtu, 19 April 2025. 

Bagi komunitas kecil Katolik di Gaza, panggilan itu lebih dari sekadar perhatian. 

“Itu adalah ungkapan kasih yang unik, perhatian yang nyata. Tanda dari gembala yang baik. Orang-orang merasa terabaikan, tapi panggilan Paus memberi mereka tanda harapan yang kuat," kata Romanelli.

Pada masa-masa tergelap perang, Paus bahkan menelepon hingga lima kali dalam sehari. Meski tak pernah dijelaskan secara gamblang mengapa ia memilih untuk menghubungi langsung, Romanelli percaya bahwa itu adalah bentuk pelayanan yang sangat pribadi dan tulus.

Komitmen Paus Fransiskus terhadap perdamaian terlihat jelas. Dalam pidato terakhirnya di hari Minggu, 20 April 2025, ia menyerukan gencatan senjata di Gaza, mengutuk penderitaan yang tak manusiawi, dan menyatakan kedekatannya dengan semua orang Israel dan Palestina. 

Ia juga mendesak pembebasan para sandera serta mengecam antisemitisme dan kekerasan yang berkelanjutan.

Kini, saat suara panggilan malam itu tak lagi terdengar, Romanelli dan komunitasnya merasakan kekosongan. 

“Senin malam, pukul delapan lewat begitu saja. Tak ada dering. Tapi kami yakin bahwa ia sekarang berada di surga. Kini, kami bisa menghubunginya kapan saja,” ujarnya pelan.

Panggilan Paus Fransiskus telah berhenti. Tapi warisan kasih dan keberaniannya akan terus bergema di tengah reruntuhan Gaza, sebagai tanda bahwa bahkan dalam gelap, cinta tetap menyala.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA