Menurut seorang pejabat pertahanan AS, MQ-9 sebelum hilang diketahui tengah menjalankan Operasi Poseidon Archer, sebuah upaya militer AS yang menargetkan kelompok Houthi di Yaman.
"Kami secara aktif menilai insiden tersebut untuk menentukan penyebab dan tindakan selanjutnya," ujar pejabat AS tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, seperti dimuat Al Arabiya pada Rabu, 5 Maret 2025.
Di sisi lain, kelompok Houthi mengklaim telah menembak jatuh drone tersebut saat terbang di atas wilayah Hodeidah, Yaman.
Mereka menuduh MQ-9 menjalankan "misi permusuhan" dan menyebut bahwa ini adalah pesawat nirawak AS ke-15 yang mereka jatuhkan sejak pecahnya perang Gaza pada 2023.
Serangan terhadap MQ-9 terjadi di tengah meningkatnya eskalasi konflik di kawasan tersebut.
Houthi, yang didukung oleh Iran, terus melancarkan serangan rudal dan drone ke arah Israel sejak perang Gaza pecah pada Oktober 2023.
Selain itu, mereka juga kerap menargetkan kapal dagang dan aset militer AS di Laut Merah dan Teluk Aden, jalur perdagangan internasional yang sangat vital.
Pada bulan lalu, Houthi sempat meluncurkan rudal permukaan-ke-udara (SAM) ke arah jet tempur dan drone MQ-9 AS lainnya. Tetapi, serangan itu dilaporkan gagal mengenai sasaran.
Di tengah meningkatnya ancaman dari kelompok Houthi, Washington kembali menetapkan mereka sebagai organisasi teroris asing (FTO) pada Selasa, 4 Maret 2025.
Langkah ini sesuai dengan kebijakan yang pertama kali diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump pada Januari 2021.
Sebelumnya, pemerintahan Joe Biden sempat mencabut status tersebut dengan alasan bahwa penetapan FTO dapat memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman.
Namun, dengan meningkatnya serangan Houthi terhadap kapal dan pesawat AS di Laut Merah, kebijakan itu kembali diberlakukan.
BERITA TERKAIT: