Kemunculan kapal selam serang cepat USS Alexandria di Semenanjung Korea dinilai mencerminkan upaya berkelanjutan AS untuk memprovokasi Korea Utara.
"Kami menyatakan keprihatinan mendalam atas tindakan militer AS yang berbahaya dan bermusuhan yang dapat menyebabkan konfrontasi militer akut di kawasan sekitar semenanjung Korea menjadi konflik angkatan bersenjata yang sebenarnya," kata juru bicara Kemenhan Korut , seperti dimuat kantor berita resmi
KCNA pada Selasa, 11 Februari 2025.
Juru bicara tersebut juga menegaskan bahwa angkatan bersenjata Korea Utara akan tanpa ragu-ragu menggunakan hak yang sah untuk menghukum para provokator.
Namun, pernyataan tersebut tidak merinci langkah-langkah spesifik yang mungkin diambil oleh Pyongyang sebagai respons.
Sementara itu, media Korea Selatan melaporkan bahwa kapal selam bertenaga nuklir tersebut tiba di Busan untuk mengisi kembali perbekalan dan memberikan waktu istirahat bagi awaknya.
Angkatan Laut AS menyebut USS Alexandria sebagai bagian dari Armada Pasifik yang dilengkapi dengan rudal jelajah Tomahawk.
Korea Utara secara rutin mengecam keberadaan aset militer AS di kawasan serta latihan militer gabungan antara Korea Selatan dan AS.
Pada hari Minggu, 9 Februari 2025, Pyongyang memperingatkan bahwa tindakan Washington dan Seoul dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.
Situasi ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS bulan lalu.
Meski Trump sebelumnya mengisyaratkan kesediaannya untuk berdialog langsung dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Pyongyang tetap mempertahankan sikap agresifnya terhadap kehadiran militer AS di kawasan tersebut.
Hingga saat ini, Kementerian Pertahanan Korea Selatan belum memberikan komentar resmi terkait perkembangan ini.
BERITA TERKAIT: