Dalam kesempatan itu Menlu menekankan bahwa Asia-Pasifik merupakan rumah bagi beberapa ekonomi digital dan pusat inovasi termaju di dunia. Kendati demikian, terdapat kesenjangan digital yang mengancam ketertinggalan jutaan orang.
"Lebih dari 1,7 miliar orang di Asia Pasifik tidak memiliki akses internet dan hampir 70 persen pekerja di negara berpendapatan rendah dan menengah tidak memiliki keterampilan digital dasar, yang membatasi partisipasi mereka dalam ekonomi digital," paparnya.
Menurut Menlu, dengan menjembatani kesenjangan digital maka seluruh negara di Asia-Pasifik akan memiliki potensi signifikan untuk memimpin inovasi digital.
Dia mendorong agar seluruh pihak di APEC saling merangkul dan bekerja sama menjadi pemimpin global dalam ekonomi digital.
"Satu tujuan yang harus dikejar: kita harus memastikan bahwa Asia-Pasifik dapat menjadi pemain utama dalam ekonomi digital," tegas Sugiono.
Menlu menilai inovasi dan digitalisasi bukan sekadar alat; keduanya adalah mesin transformasi ekonomi. Itu mengapa Indonesia bercita-cita untuk bergabung dengan lima ekonomi teratas dunia pada tahun 2045.
"Di Indonesia, kami menyadari bahwa membangun infrastruktur digital yang kuat adalah langkah awal yang penting dalam perjalanan ini. Tanpa akses yang adil ke teknologi digital, peluang ekonomi tetap terkonsentrasi di kalangan yang memiliki hak istimewa, yang akan memperdalam kesenjangan," kata Menlu.
Kemudian Menlu Sugiono juga menyoroti penanganan terhadap peran perempuan yang masih terbatas dalam kerja digital. Dikatakan bahwa Indonesia terus berusaha menjembatani kesenjangan ini dengan menyediakan akses yang terjangkau ke perangkat, pelatihan keterampilan, dan strategi inklusif pada perempuan.
"Indonesia telah menerapkan kebijakan yang responsif gender. Dengan memprioritaskan upaya ini, kita dapat memastikan bahwa setiap orang, terlepas dari jenis kelamin atau latar belakangnya, dapat berkembang baik dalam ekonomi formal maupun global," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: